Sedikitnya lima orang tewas dan puluhan lainnya cedera dalam serangan di bandara Aden, Yaman, pada hari Rabu (30/12), kata seorang sumber keamanan. Serangan itu terjadi tidak lama setelah sebuah pesawat yang membawa para anggota kabinet yang baru dibentuk untuk kawasan-kawasan Yaman yang dikuasai pemerintah, tiba dari Arab Saudi.
Ledakan keras dan suara tembakan terdengar di bandara tidak lama setelah pesawat itu tiba, kata para saksi mata.
Para anggota kabinet itu, yang mencakup lain PM Maeen Abdulmalik, serta Duta Besar Saudi untuk Yaman Mohammed Said al-Jaber, dibawa dengan aman ke istana presiden di kota itu, sebut saksi mata dan media Saudi.
“Kami dan para anggota pemerintah berada di ibu kota sementara Aden dan semua orang baik-baik saja,” tulis Maeen dalam cuitan dari istana Maasheq. “Tindakan teroris pengecut yang menarget bandara Aden merupakan bagian dari perang yang dilancarkan terhadap negara Yaman dan rakyatnya yang hebat.”
Seorang sumber keamanan setempat mengatakan tiga mortir mendarat di aula bandara.
Kabinet yang baru dibentuk itu mempersatukan pemerintah pimpinan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dengan separatis di bagian selatan. Kedua kelompok itu adalah faksi-faksi utama Yaman dalam pertempuran yang berbasis di Selatan dan didukung Saudi dalam menghadapi gerakan Houthi dukungan Iran yang menguasai bagian utara, termasuk ibu kota Sanaa.
BACA JUGA: 'Sumber Eksternal' Diduga Sebabkan Ledakan di Kapal Tanker Singapura di SaudiTayangan langsung TV dari saluran Arab Saudi Al Arabiya memperlihatkan puluhan orang sedang meninggalkan pesawat sewaktu ledakan pertama menghantam aula bandara. Tembakan hebat dari kendaraan-kendaraan lapis baja disusul dengan gumpalan asap putih dan hitam yang membubung dari tempat kejadian.
Video lainnya memperlihatkan kerusakan di tembok-tembok beton terminal dan menghancurkan kaca.
Kota pelabuhan Aden di bagian selatan Yaman diwarnai oleh kekerasan karena perselisihan antara separatis dan pemerintah pimpinan Hadi, yang berbasis di sana setelah disingkirkan dari ibu kota oleh kelompok Houthi pada tahun 2014.
Kelompok separatis, Dewan Peralihan Selatan (STC), yang menginginkan kemerdekaan bagi Yaman Selatan, menyatakan berpemerintahan sendiri di Aden awal tahun ini, memicu bentrokan dan merumitkan upaya-upaya PBB untuk mewujudkan gencatan senjata yang permanen bagi konflik itu secara menyeluruh.
Koalisi pimpinan Saudi awal bulan ini mengumumkan kabinet berbagi kekuasaan yang baru yang akan mencakup separatis.
Kabinet itu mendarat dari Riyadh, di mana kedua pihak berunding selama lebih dari setahun dengan Saudi sebagai penengahnya. [uh/ab]