Para dokter di Libya bersiap-siap menghadapi lonjakan serius infeksi virus corona karena tingkat infeksi meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Angka-angka terbaru menunjukkan ada 8.500 lebih kasus, dengan beberapa ratus infeksi baru tercatat setiap hari. Angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena tingkat pengujian yang rendah dan langkanya data akurat di negara yang dilanda konflik itu.
Ahmed al-Hassi, juru bicara Komite Medis Epidemi Virus Corona di Benghazi, mengatakan sumber daya sangat langka.
"Jika kami mengalami lonjakan jumlah, kami tidak akan bisa mengatasinya," katanya kepada kantor berita Reuters. "Mengenai kapasitas tempat tidur (rumah sakit), kami hanya memiliki sekitar 200 tempat tidur untuk pasien yang dicurigai terpapar COVID-19, dan sekitar 30 tempat tidur di ICU (unit perawatan intensif). Kami juga memiliki sekitar 40 tempat tidur untuk penderita virus Corona yang dikonfirmasi. Jadi, jika jumlahnya melebihi angka itu, kami tidak akan bisa mengatasinya ” kata al-Hassi.
BACA JUGA: Menlu Jerman di Tripoli, Desak Akhiri Perang di LibyaPara pejabat khawatir tidak bisa mengendalikan wabah tersebut. Tempat-tempat yang rentan mengalami penyebaran besar termasuk ibu kota, Tripoli, Misrata di barat, dan kota Sabha di selatan. Petugas medis mengatakan perilaku publik yang menjadi penyebabnya.
“Kami masih mengandalkan kesadaran masyarakat,” kata Dr. Fadi Farag Fortas, kepala Pusat Medis Borg Al-Amal di Benghazi. “Kami mengandalkan dukungan mereka, berharap mereka mematuhi tindakan pencegahan yang diperlukan. Saya harap tingkat infeksi turun, sehingga jumlah orang yang membutuhkan perawatan di rumah sakit berkurang. "
Fortas menambahkan, “Jika warga masih meneruskan gaya hidup mereka tanpa memperhatikan bahaya ini, berkumpul dalam pertemuan dan pernikahan, bertemu di mal dan tidak mengambil tindakan pencegahan yang disepakati oleh semua organisasi kesehatan, saya khawatir keadaan akan segera memburuk. "
Di Libya barat, warga diharuskan memakai masker di tempat umum. Di timur, yang dikelola oleh pemerintahan yang berbeda, tidak ada aturan seperti itu. Dengan memburuknya ekonomi akibat konflik bertahun-tahun antara faksi-faksi yang bersaing, banyak warga mengatakan tidak mampu membeli peralatan mendasar seperti masker. [my/ii]