Mahkamah Agung Rusia pada hari Selasa (20/8) memperpanjang penahanan praperadilan terhadap tiga pengacara yang pernah mewakili pemimpin oposisi Rusia yang diduga dibunuh, Alexey Navalny, dan sekarang menghadapi tuduhan ekstremisme. Mahkamah Agung juga menolak untuk memindahkan kasus mereka ke pengadilan lain, meskipun pembela menduga adanya konflik kepentingan.
Vadim Kobzev, Igor Sergunin, dan Alexei Liptser ditangkap pada bulan Oktober dalam sebuah kasus yang pada saat itu dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan tekanan pada musuh bebuyutan Kremlin (Navalny).
Menurut para sekutu Navalny, pemerintah menuduh para pengacara tersebut menggunakan status mereka sebagai pembela untuk meneruskan surat-surat dari politisi yang dipenjara itu kepada timnya, sehingga bertindak sebagai perantara antara Navalny dan timnya yang mereka sebut sebagai “kelompok ekstremis.”
Organisasi Navalny di Rusia — Yayasan Pemberantasan Korupsi dan jaringan kantor regional yang luas — dilarang dan dicap sebagai kelompok ekstremis pada tahun 2021, sebuah langkah yang membuat siapa pun yang terlibat dengan mereka dapat dituntut.
Ketiga pengacara tersebut telah mengajukan petisi ke Mahkamah Agung untuk memindahkan kasus mereka dari pengadilan di wilayah Vladimir, Rusia barat, dengan alasan pengadilan tersebut mungkin tidak objektif atau tidak tidak netral.
BACA JUGA: Rusia Luncurkan Serangan Rudal Balistik Ketiga ke Kyiv Bulan IniPihak pembela berpendapat bahwa sebagian besar bukti penuntutan dikumpulkan dalam penggerebekan polisi yang mereka anggap ilegal, dan telah diperintahkan oleh pengadilan tinggi di wilayah yang sama — sesuatu yang mereka katakan merupakan konflik kepentingan.
Mereka juga menuduh bahwa pengadilan di Vladimir telah menekan para pengacara Navalny untuk mengungkapkan komunikasi rahasia dengannya sebelum kematian politisi itu pada bulan Februari di penjara Arktik yang terpencil.
Navalny sendiri telah menjalani hukuman penjara secara keseluruhan selama lebih dari 30 tahun, termasuk atas tuduhan ekstremisme yang terkait dengan aktivisme antikorupsinya. Ia dan sekutu-sekutunya telah menolak semua tuduhan terhadapnya karena bermotif politik, dan menuduh Kremlin berusaha memenjarakannya seumur hidup.
Pada bulan Februari, otoritas Rusia juga memasukkan dua pengacara Navalny lagi ke dalam daftar orang yang dicari. Salah satunya, Olga Mikhailova, yang telah membela politisi tersebut selama satu dekade, mengatakan bahwa ia sebelumnya telah didakwa secara in absentia dengan tuduhan ekstremisme setelah melarikan diri dari negara tersebut. Pengacara lainnya, Alexander Fedulov, juga mengatakan tahun lalu bahwa ia tidak lagi berada di Rusia. [lt/ab]