Tokoh oposisi Malaysia Mahathir Mohamad, Rabu (18/4) mengatakan demonstrasi-demonstrasi besar menunjukkan bahwa sebagian pendukung partai koalisi yang berkuasa kini lebih menyukai kelompok oposisi dan perubahan pemerintahan mungkin terjadi dalam pemilihan umum bulan depan.
Mahathir, salah seorang pemimpin politik Asia yang paling lama berkuasa sampai ia mengundurkan diri pada 2003, kini memimpin aliansi empat partai untuk menggulingkan Perdana Menteri Najib Razak yang terlibat skandal, dalam pemilu 9 Mei nanti.
Kelompok koalisi Najib belakangan ini semakin bergantung pada dukungan kelompok mayoritas Muslim melayu yang tinggal di kawasan pedesaan miskin untuk mempertahankan kekuasaan. Ini terjadi setelah para pemilih golongan menengah yang banyak tinggal di perkotaan hijrah ke partai oposisi dalam dua pemilu terakhir.
Dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, Mahathir yang berusia 92 tahun itu mengatakan dukungan kelompok penduduk melayu bagi pihak oposisi telah mendapat penambahan yang besar, seperti tampak dari jumlah para peserta rapat-rapat umum.
Kata Mahathir, pihak oposisi tidak perlu mengandalkan seluruh pendukung pemerintah untuk beralih arah. “Kami hanya perlu mungkin 30 persen dari mereka, itu akan cukup supaya kami menang,” katanya.
Meskipun begitu, Mahathir hanya memperkirakan hasil pemilu akan 50-50, “karena pemerintah punya kecenderungan untuk berdusta, mengancam orang, menggunakan uang (sogok) dan bahkan menghalangi proses pemilu.”
Perdana menteri Najib telah dihantui oleh skandal keuangan besar yang menyangkut dana investasi pemerintah yang disebut 1MDB, yang dirancang dan dipimpinnya sebelum ini.
Dana itu telah menumpuk utang sangat besar, dan pemerintah Amerika serta beberapa pemerintah lain sedang menyelidik kemungkinan penipuan dan pencucian uang lewat batas-batas negara. Najib membantah melakukan kesalahan apapun dan memecat para pengecamnya serta membungkam media yang melaporkan skandal itu. [ii]