Mahkamah Agung Oklahoma Tolak Seruan “Wajib Masker” dalam Pawai Trump

Presiden AS Donald Trump berbicara selama acara kampanye di Miami, Florida, 3 Januari 2020. (Foto: AFP)

Mahkamah Agung Oklahoma, Jumat (19/6), menolak permintaan yang mengharuskan setiap orang yang menghadiri pawai kampanye Presiden Donald Trump di Tulsa hari Sabtu (20/6) untuk mengenakan masker guna mencegah meluasnya perebakan virus corona.

Mahkamah Agung memutuskan bahwa sejumlah warga lokal yang menyampaikan permohonan agar seluruh peserta pawai mengenakan masker itu, tidak dapat memastikan bahwa mereka memiliki hak yang sah untuk mandat tersebut.

Tim kampanye Trump mengatakan pihak penyelenggara akan menyediakan masker dan penyanitasi tangan (hand sanitizer) bagi semua orang yang memerlukannya. Pihak penyelenggara akan memeriksa suhu tubuh semua orang yang hadir guna mencegah meluasnya perebakan virus mematikan itu.

BACA JUGA: Gedung Putih: Pendukung Trump 'Mungkin' Harus Pakai Masker

Tim kampanye itu mengatakan pihaknya telah “mengambil langkah-langkah keselamatan yang serius,” sementara para pakar kesehatan mengingatkan bahwa pertemuan dalam skala besar seperti itu dapat mendorong meluasnya penularan.

Manajer Bank of Oklahoma BOK Center, lokasi di mana pawai itu akan berlangsung, telah meminta tim kampanye presiden untuk menyampaikan rencana keselamatan dan kesehatan secara tertulis. Pejabat-pejabat BOK Center mengatakan mereka meminta rencana itu karena ada peningkatan kasus virus corona di kota itu.

Arena pawai itu dapat menampung 19 ribu orang dan tim kampanye Trump mengatakan lebih dari satu juta orang telah membeli tiket untuk mengikuti acara itu.

BACA JUGA: Facebook Cabut Puluhan Iklan Trump yang Gunakan Simbol “Kebencian”

Wali kota Tulsa, GT. Bynum, mengatakan lebih dari 100 ribu orang diperkirakan akan memadati lokasi di sekitar pawai tersebut. Bynum telah menyatakan keadaan darurat sipil dan menetapkan jam malam di kawasan sekitar arena itu, merujuk pada kerusuhan yang terjadi dalam sebagian aksi demonstrasi di seluruh Amerika untuk menentang kebrutalan polisi dalam beberapa minggu terakhir ini.

Namun Presiden Trump hari Jumat mencuit bahwa ia telah berbicara dengan Bynum dan memastikan tidak akan ada pemberlakuan jam malam.

Kantor Walikota Tulsa sebelumnya mengatakan jam malam akan tetap diberlakukan mulai Jumat jam 10 malam hingga Sabtu jam 6 pagi. Bynum mengatakan dalam perintahnya “saya telah menerima informasi dari Kepolisian Tulsa dan badan-badan penegak hukum lainnya yang menunjukkan bahwa sejumlah individu dari kelompok terorganisir yang telah terlibat dalam beberapa aksi kekerasan dan penghancuran di negara-negara bagian lain berencana datang ke Tulsa untuk menimbulkan kerusuhan di dan sekitar kawasan pawai.” Bynum tidak merinci kelompok mana yang dirujuknya.

Trump hari Jumat mencuit bahwa “demonstran, kelompok anarkis, agitator, penjarah atau penjahat yang akan datang ke Oklahoma, mohon memahami bahwa Anda tidak akan diperlakukan sebagaimana datang ke New York, Seattle atau Minneapolis. Ini akan sangat jauh berbeda!”

Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan Trump merujuk pada pelaku aksi kekerasan, bukan mereka yang berdemonstrasi secara damai. [em/pp]