Majelis Umum PBB dijadwalkan mengadakan sidang darurat pada Selasa (12/12) untuk membahas rancangan resolusi yang meminta gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza.
Resolusi itu menyatakan “keprihatinan serius mengenai situasi kemanusiaan sangat buruk di Jalur Gaza dan penderitaan warga sipil Palestina” serta menekankan perlunya melindungi warga sipil Israel dan Palestina berdasarkan hukum internasional.
Resolusi itu menyerukan semua pihak agar mematuhi hukum internasional dan juga menuntut pembebasan segera seluruh sandera serta seruan untuk menjamin akses kemanusiaan.
Resolusi itu juga menyerukan semua pihak agar mematuhi hukum internasional dan menyoroti perlindungan warga sipil di bawah hukum humaniter internasional. Selain itu, resolusi tersebut menyerukan pembebasan segera seluruh sandera dan jaminan ke akses kemanusiaan.
Resolusi serupa gagal di Dewan Keamanan PBB pekan lalu karena diveto oleh AS. Tidak ada veto di Majelis Keamanan, dan meskipun tidak mengikat, resolusi Majelis Umum itu mempunyai bobot politik.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menjelaskan tentangan AS terhadap resolusi Dewan Keamanan sewaktu ia memberi pengarahan kepada wartawan pada hari Senin.
“Kami telah menjelaskan bahwa meskipun kami mendukung jeda kemanusiaan, kami pikir gencatan senjata akan memungkinkan pimpinan Hamas, yang mengatur dan merencanakan serangan 7 Oktober, untuk terus melakukannya di Gaza dan merencanakan serangan-serangan pada masa mendatang. Itu sama sekali tidak dapat diterima,” kata Miller.
Pertempuran berlanjut di Gaza
Menjelang sidang PBB pada Selasa, pertempuran berlanjut di Gaza, termasuk serangan udara Israel di bagian tengah dan selatan Gaza.
Militer Israel mengatakan serangan udaranya ditujukan ke tempat-tempat peluncuran roket di Jalur Gaza, dan bahwa pasukan di darat telah menemukan 250 roket, mortir dan granat berpendorong roket dalam serangan itu.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel, kementerian kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel menewaskan empat orang Palestina di kota Jenin.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kematian itu disebabkan oleh serangan drone Israel.
Sekitar 270 orang Palestina telah tewas di Tepi Barat sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu dan peluncuran serangan Israel untuk melenyapkan Hamas di Jalur Gaza.
WHO Serukan Perlindungan Layanan Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa menyerukan “perlindungan terhadap bantuan kemanusiaan dan layanan kesehatan di Gaza.” WHO menyebut berbagai kesulitan yang dihadapi timnya sewaktu berusaha mengirimkan pasokan medis ke sebuah rumah sakit di Kota Gaza dan untuk mengevakuasi pasien yang luka parah, dengan mengatakan ada penundaan di pos-pos pemeriksaan militer dan bahwa para petugas dari Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina ditahan.
“Rakyat Gaza punya hak untuk mengakses layanan kesehatan,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. “Sistem kesehatan harus dilindungi. Bahkan dalam perang.”
Badan kemanusiaan PBB itu mengatakan bahwa meskipun pengiriman bantuan terbatas terus berlanjut di wilayah Rafah di Gaza Selatan, di dekat perbatasan dengan Mesir, pertempuran telah membuat banyak wilayah di Gaza terputus dari penerimaan bantuan.
Philippe Lazzarini, kepala badan PBB urusan pengungsi Palestina, mengunjungi Gaza hari Selasa dan menggambarkan situasi di sana sebagai “tragedi mendalam yang tiada akhir” dalam postingan di media sosial
“Orang-orang ada di mana-mana, tinggal di jalan-jalan, perlu semuanya,” kata Lazzarini. “Mereka memohon keselamatan dan diakhirinya negara di dunia ini. Rekan-rekan kami diminta untuk melakukan hal yang mustahil di dalam situasi yang mustahil.”
Israel Tak Ingin Bertahan Permanen di Gaza
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant Senin mengatakan bahwa Israel tidak punya niat untuk bertahan secara permanen di Gaza.
“Israel akan mengambil tindakan apa pun untuk menghancurkan Hamas, tetapi kami tidak punya niat untuk bertahan secara permanen di Jalur Gaza. Kami hanya peduli pada keamanan kami dan keamanan rakyat kami di sepanjang perbatasan dengan Gaza,” kata Gallant kepada wartawan.
Ia tidak memberi kerangka waktu bagi berakhirnya perang dan mengatakan aktivitas militer Israel dapat berlanjut selama berbulan-bulan.
BACA JUGA: Israel-Hamas Terlibat Pertempuran Sengit di Khan YounisKementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan hampir 18 ribu orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan udara dan darat Israel selama tujuh pekan terakhir.
Israel memulai kampanye militernya untuk melenyapkan Hamas setelah para anggota kelompok itu memasuki Israel Selatan pada 7 Oktober. Israel mengatakan 1.200 orang tewas dan sekitar 240 orang disandera dalam serangan teror itu.
Pertempuran itu menyebabkan sekitar 1,9 juta orang meninggalkan rumah mereka di Gaza. Banyak di antara mereka yang mencari perlindungan di bagian selatan di fasilitas-fasilitas yang penuh sesak, di tengah-tengah peringatan mengenai kondisi sanitasi yang buruk dan ancaman meningkatnya perebakan penyakit menular. [uh/ab]