Masjid di Virginia Adakan Pelatihan Bagaimana Hadapi 'Situasi Penembakan'

Sebuah mobil polisi terlihat melakukan pengamanan di Islamic Center di Washington DC pasca insiden penembakan di masjid Selandia Baru (foto: ilustrasi).

Anggota sebuah masjid di Arlington, Virginia dilatih bagaimana menghadapi situasi penembakan. Latihan diberikan menyusul peristiwa penembakan yang menelan 50 jiwa di masjid di Selandia Baru dan penembakan di sebuah sinagoga di Pittsburg yang menewaskan 11 orang.

Latihan menghadapi situasi penembakan itu diadakan di mesjid Baitul Mukarram di Arlington di pinggiran ibukota Washington. Setelah selesai sholat jemaah tidak segera meninggalkan mesjid sebagaimana biasanya, melainkan tetap duduk untuk menerima latihan dari seorang anggota polisi setempat.

Seorang anggota polisi sedang memberitahu jemaah apa yang perlu dilakukan jika ada seseorang yang melakukan penembakan di mesjid itu.

"Tujuan kami memberi latihan yang disebut Active Shooter Training adalah untuk menyiapkan publik seandainya timbul situasi kekerasan seperti penembakan," kata Michael Keen, polisi dari Arlington County.

BACA JUGA: Muslim AS Rayakan Lebaran dengan Pesan Perdamaian 

Jemaah mengatakan mereka menyambut baik latihan semacam itu.

"Baik sekali (pelatihan ini). Saya amat gembira berada di sini dan mendapat latihan dan belajar bagaimana menyelamatkan diri seandainya terjadi suatu yang tidak diharapkan seperti penembakan di tempat umum terutama di masjid," ujar Muhammad Abujafar, seorang jemaah.

Seorang jemaah lainnya, Osman Khan mengatakan, "Saya sangat mengapresiasi anggota kepolisian Arlington bahwa mereka peduli pada kami. Mereka benar-benar peduli pada kami."

Latihan diberikan sesuai dengan petunjuk Departemen Keamanan Dalam Negeri. Model latihan ‘run-hide-fight’ atau ‘lari, sembunyi, lawan’. Di situ jika mungkin orang dianjurkan untuk lari dari si penembak. Jika tidak, maka dianjurkan untuk bersembunyi dan jika itu tidak bisa lakukan perlawanan dan segala yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri.

Seorang jemaah perempuan, Megan Elizabeth Kahaerisman, mengatakan, "Latihan itu baik karena membuat saya berpikir dan membuat saya tidak merasa tak berdaya. Membesarkan hati ada anggota polisi yang memberitahu bahwa sekalipun bertindak bersembunyi di bawah meja dapat menyelamatkan jiwa. Baik sekali."

Pengurus masjid menerangkan keputusan memberi latihan kepada jemaah diambil setelah tragedi penembakan terbaru di mesjid dan sinagoga.

Imam mesjid Baitul Mukarram Awais Ahmed mengatakan, "Kami Imam di kawasan ini mengadakan rapat. Kami berpendapat insiden seperti yang terjadi Selandia Baru bisa terjadi di mana saja. Sebab itu, kami putuskan mengadakan latihan ini. Untuk itu kami menghubungi dan minta bantuan Islamic Circle of North America. Mereka yang mengatur latihan ini dengan bantuan kepolisian setempat."

Latihan sejenis diberikan kepada semua komunitas agama. Para pelatih dari kepolisian mengatakan mereka berharap setidak-tidaknya jemaah sudah siap, walaupun diharapkan tidak akan pernah menggunakan pelajaran yang mereka peroleh. (al)