Sekjen NATO Jens Stoltenberg hari Senin (13/6) mengatakan ia “gembira” bahwa pemerintah Swedia telah mengukuhkan “kesiapannya untuk mengatasi keprihatinan Turki sebagai bagian dari asumsi kewajiban keanggotaan NATO di masa depan.”
Setelah tidak bergabung dengan aliansi militer mana pun selama puluhan tahun, perang Rusia di Ukraina telah mendorong Finlandia dan Swedia pada bulan Mei lalu untuk menjadi anggota NATO.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh negara-negara Nordik itu mendukung militan Kurdi yang oleh pemerintah Turki telah dianggap sebagai teroris. Oleh karena itu Erdogan telah memveto masuknya kedua negara itu dalam aliansi tersebut.
Your browser doesn’t support HTML5
Swedia menanggapi “keprihatinan Turki dengan sangat serius” dan “memerangi terorisme bukan satu-satunya yang mereka atasi,” ujar Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson.
“Kami menjalin dialog bilateral dan trilateral dengan Turki – yang sedang berlangsung sekarang ini – dan kami tentu saja akan dengan sangat jelas menyatakan bagaimana kami berjuang melawan terorisme,” ujarnya ketika berbicara bersama Stoltenberg dalam konferensi pers di Harpsund.
Stoltenberg mengatakan Swedia “sudah mulai mengubah undang-undang kontra-terorismenya” dan bahwa negara di Skandinavia itu “akan memastikan adanya kerangka hukum untuk ekspor senjata, yang mencerminkan status masa depan mereka sebagai anggota NATO dengan komitmen baru pada sekutu.”
“Ini adalah dua langkah penting untuk mengatasi kekhawatiran Turki,” ujarnya.
Stoltenberg menolak mengatakan apakah isu ini harus diselesaikan sebelum KTT NATO di Madrid pada 28 Juni atau sebelum pemilihan parlemen Swedia pada 11 September nanti.
Swedia dan Finlandia telah diundang untuk menghadiri pertemuan di Spanyol.
Setelah pembicaraan hari Senin, Stoltenberg dan Andersson pergi naik perahu di danau yang terletak di sebelah istana pemerintah Swedia di barat daya Stockholm. [em/lt]