Mencairnya hubungan antara pemerintah Amerika dan Iran tidak terjadi secepat yang tadinya diharapkan sejumlah pihak, dengan harapan adanya pertemuan Obama dan Rouhani yang batal di markas PBB.
NEW YORK —
Baik Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Iran Hassan Rouhani hari Selasa berpidato di sidang Majelis Umum PBB. Tetapi tidak ada tindakan nyata, dan dunia hanya melihat retorika yang optimistis tetapi berhati-hati.
Presiden Iran Hassan Rouhani berpidato untuk pertama kali di hadapan Majelis Umum PBB. Ia terdengar penuh harapan mengenai hubungan yang lebih baik dengan Amerika. Ia mengatakan, “Kita bisa mencapai sebuah kerangka untuk mengatasi berbagai perbedaan.”
Dan presiden Iran itu lalu mengeluarkan kata-kata yang sudah sering terdengar mengenai posisi Iran.
“Satu-satunya jalur menuju hal itu adalah dengan menerima dan menghormati hak untuk memperkaya uranium di dalam negeri Iran dan untuk menikmati hak-hak lainnya terkait teknologi nuklir,” tambah Rouhani.
Pidato Rouhani mengikuti nada suram yang sebelumnya disuarakan Presiden Amerika Barack Obama.
“Kami terdorong karena Presiden Rouhani mendapat mandat dari rakyat Iran untuk mengambil jalur yang lebih moderat. Banyak hambatan mungkin terlalu berat, tetapi saya sangat yakin cara diplomatik harus diusahakan,” tutur Obama.
Kata-kata Obama dipilih secara hati-hati, menurut Joe Cirincione dari Ploughshares Fund – sebuah yayasan yang mengusahakan pemusnahan senjata nuklir di dunia.
“Saya pikir presiden Amerika jelas-jelas mengulurkan tangannya kepada Iran dan berharap mendapat sambutan,” ujar Cirincione.
Sebelumnya ada harapan keduanya akan berjabat tangan dalam acara makan siang di PBB. Para pejabat Amerika mengatakan mereka menawarkan melakukan pertemuan tetapi Iran menolaknya, karena katanya hal itu “terlalu rumit.”
Jessica Tuchman Mathews dari Carnegie Endowment mengatakan kesulitan semacam itu tidaklah mengejutkan.
“Walaupun jika Rouhani mendapat dukungan pemimpin tertinggi Iran, ada banyak politisi di Iran yang ingin dia gagal … politisi-politisi yang kehidupan politik dan ekonominya tidak terkait sama sekali dengan Amerika,” kata Tuchman.
Langkah berikutnya bisa terjadi ketika Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry bertemu Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif, mungkin untuk berjabat tangan dan pertemuan tingkat tertinggi antara kedua negara dalam puluhan tahun.
Presiden Iran Hassan Rouhani berpidato untuk pertama kali di hadapan Majelis Umum PBB. Ia terdengar penuh harapan mengenai hubungan yang lebih baik dengan Amerika. Ia mengatakan, “Kita bisa mencapai sebuah kerangka untuk mengatasi berbagai perbedaan.”
Dan presiden Iran itu lalu mengeluarkan kata-kata yang sudah sering terdengar mengenai posisi Iran.
“Satu-satunya jalur menuju hal itu adalah dengan menerima dan menghormati hak untuk memperkaya uranium di dalam negeri Iran dan untuk menikmati hak-hak lainnya terkait teknologi nuklir,” tambah Rouhani.
Pidato Rouhani mengikuti nada suram yang sebelumnya disuarakan Presiden Amerika Barack Obama.
“Kami terdorong karena Presiden Rouhani mendapat mandat dari rakyat Iran untuk mengambil jalur yang lebih moderat. Banyak hambatan mungkin terlalu berat, tetapi saya sangat yakin cara diplomatik harus diusahakan,” tutur Obama.
Kata-kata Obama dipilih secara hati-hati, menurut Joe Cirincione dari Ploughshares Fund – sebuah yayasan yang mengusahakan pemusnahan senjata nuklir di dunia.
“Saya pikir presiden Amerika jelas-jelas mengulurkan tangannya kepada Iran dan berharap mendapat sambutan,” ujar Cirincione.
Sebelumnya ada harapan keduanya akan berjabat tangan dalam acara makan siang di PBB. Para pejabat Amerika mengatakan mereka menawarkan melakukan pertemuan tetapi Iran menolaknya, karena katanya hal itu “terlalu rumit.”
Jessica Tuchman Mathews dari Carnegie Endowment mengatakan kesulitan semacam itu tidaklah mengejutkan.
“Walaupun jika Rouhani mendapat dukungan pemimpin tertinggi Iran, ada banyak politisi di Iran yang ingin dia gagal … politisi-politisi yang kehidupan politik dan ekonominya tidak terkait sama sekali dengan Amerika,” kata Tuchman.
Langkah berikutnya bisa terjadi ketika Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry bertemu Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif, mungkin untuk berjabat tangan dan pertemuan tingkat tertinggi antara kedua negara dalam puluhan tahun.