Jerman dan PBB Rabu (23/6) mempertemukan wakil-wakil dari Libya dengan para menteri luar negeri dari negara-negara kuat yang memiliki kepentingan di negara itu dalam sebuah konferensi yang bertujuan untuk mencapai kemajuan dalam penetapan pemilihan dan penarikan milisi asing dari negara Afrika Utara itu.
Pertemuan di kementerian luar negeri Jerman di Berlin yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan para menteri luar negeri dari negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB itu dimaksudkan untuk menindaklanjuti konferensi pada Januari 2020 di mana para pemimpin sepakat untuk menghormati embargo senjata dan mendorong pihak-pihak yang bertikai di negara Libya untuk mencapai gencatan senjata penuh. Jerman selama ini telah mencoba untuk bertindak sebagai perantara.
BACA JUGA: Perdana Menteri Italia Memperluas Bantuan Medis ke LibyaMenteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Rabu ada “momen kesempatan” untuk membawa perdamaian jangka panjang ke Libya, dan dia berjanji akan mendukung upaya untuk mencapainya.
“Kami menghadiri konferensi penting yang menyatukan mitra-mitra internasional dan Libya dalam ‘momen kesempatan’ untuk memperkuat dukungan komunitas internasional bagi Libya selagi negara itu bergerak maju menuju pemilihan, mempertahankan gencatan senjata, mengeluarkan pasukan asing dari negara itu dan melanjutkan dukungan masyarakat internasional,” jelas Blinken.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan kepada delegasi bahwa masyarakat internasional tidak akan beristirahat sampai pejuang asing terakhir meninggalkan Libya.
“Fakta bahwa kami telah berkumpul di sini hari ini dan bahwa kami semua telah kembali adalah bukti bahwa kami akan memberikan jaminan, baik kepada peserta Konferensi Libya maupun, di atas segalanya, Perserikatan Bangsa-Bangsa, bahwa kami tidak akan menyerah dan bahwa kami tidak akan berhenti sampai pasukan asing terakhir meninggalkan Libya,” kata Maas.
BACA JUGA: Pasukan Asing, termasuk Turki, Didesak untuk Segera Tinggalkan LibyaMenteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass menambahkan, “Hari ini kita telah memasuki fase baru dalam upaya perdamaian dan stabilitas. Pemerintah Persatuan Transisi Libya mengikuti pertemuan ini dan kita tidak lagi hanya berbicara tentang Libya, tetapi di atas semua itu kita berbicara dengan Libya.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Libya Najla Mangoush mengatakan stabilitas di negara itu penting untuk mengadakan pemilihan nasional, seperti yang direncanakan, pada akhir tahun ini.
“Dengan latar belakang pemerintah persatuan nasional telah datang ke Berlin, ini berarti mengirim satu pesan kepada kelompok Berlin dan seluruh komunitas internasional: mari kita semua bekerja sama dalam membangun dan mengkonsolidasikan stabilitas di Libya. Stabilitas di Libya sangat penting untuk membuka jalan untuk dan mengadakan pemilu nasional yang transparan dan kredibel pada bulan Desember. Ini juga penting untuk mengembalikan kedaulatan Libya,” ujarnya.
Negara-negara yang terlibat dalam proses tersebut termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, bersama dengan Italia, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga dijadwalkan bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Heiko Maas di luar Konferensi Libya ini.
Diplomat tertinggi AS itu kemudian menuju ke Prancis, di mana dia akan bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron. Blinken juga dijadwalkan mengunjungi Vatikan untuk serangkaian pertemuan, termasuk memerangi perubahan iklim dan perdagangan manusia. [lt/jm]