Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Singapura Dr. Vivian Balakrishnan di Singapura, Kamis (18/2). Kedua menteri bertukar pandangan tentang perkembangan yang sedang berlangsung di Myanmar.
Menurut keterangan pers dari Kementerian Luar Negeri Indonesia, baik Balakrishnan maupun Retno sama-sama menyatakan keprihatinan besar mereka atas situasi tersebut dan juga mengungkapkan harapan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konflik mengutamakan dialog dan kerja sama untuk mencari penyelesaian damai dan mewujudkan rekonsiliasi nasional di Myanmar, termasuk kembali ke jalur transisi demokrasi.
BACA JUGA: Singapura: Situasi Myanmar 'Memprihatinkan', Tetapi Tak Perlu Sanksi yang LuasMenteri Balakrishnan mendesak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dan mengambil langkah segera untuk meredakan situasi. Ia menekankan bahwa tidak boleh ada kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata. Secara khusus ia menyatakan, peluru tajam tidak boleh ditembakkan ke warga sipil tak bersenjata dalam keadaan apapun.
Kedua menteri sepakat bahwa ASEAN dapat memainkan peran penting dalam memfasilitasi dialog yang konstruktif untuk memulihkan stabilitas di Myanmar. Mereka membahas langkah-langkah selanjutnya yang mungkin diambil ASEAN untuk menangani situasi di Myanmar, termasuk bagaimana mewujudkan terciptanya dialog yang inklusif dengan semua pemangku kepentingan utama, termasuk mitra eksternalnya
BACA JUGA: Mengapa Sulit Bagi ASEAN Sikapi Kudeta Myanmar?Mereka juga menyatakan dukungan yang kuat agar Pertemuan Informal Tingkat Menteri ASEAN yang diusulkan tentang Myanmar diadakan sesegera mungkin, untuk memfasilitasi pertukaran pandangan yang konstruktif dan mengidentifikasi cara-cara untuk memulihkan negara itu.
Dalam pertemuan mereka, kedua menteri juga menegaskan kembali hubungan bilateral yang sangat baik antara kedua negara, dan berharap agar Indonesia dan Singapura terus menjajaki bidang-bidang yang memungkinkan kerja sama yang menguntungkan di tengah berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19. [ab/uh]