Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan semua opsi tetap terbuka bagi Amerika dan sekutunya di Suriah, tetapi Amerika dan Eropa tidak berminat menggelar aksi militer meskipun Rusia menolak mundur.
Di London, hari Minggu (16/10), Kerry mengadakan pembicaraan dengan mitranya di Inggris Boris Johnson, sehari setelah bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov dan diplomat tinggi lain di Swiss.
Kerry mengatakan tidak seorang pun boleh "menyulut api" di dalam perang saudara atau mengadu domba dua negara adidaya. Kerry jelas frustrasi atas apa yang terjadi di Suriah -- krisis pengungsi, pembantaian warga sipil di Aleppo, aksi militer Rusia di pihak rezim Assad, gencatan senjata yang gagal dan ketidakmampuan Amerika menghentikan pertumpahan darah.
Kerry memperingatkan sanksi-sanksi terhadap Rusia dan Suriah tentang situasi di Aleppo. Ia juga mengatakan, pembicaraan hari Sabtu di Swiss menghasilkan "beberapa ide yang perlu segera ditindaklanjuti" tanpa merincinya lebih lanjut.
Juga hari Minggu, Menteri Luar Negeri Turki mengumumkan, pemberontak Suriah yang didukung Turki merebut Dabiq, kota di Suriah utara yang penting secara simbolis, dari tangan kelompok Negara Islam (ISIS).
Dabiq terletak 10 kilometer dari perbatasan Turki. [ka]