Pelarangan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo, berkunjung ke Amerika Serikat pekan lalu masih menyisakan kekesalan sebagian pihak. Menurut mereka, kunjungan Jenderal Gatot untuk menghadiri konferensi panglima angkatan bersenjata sedunia yang membahas pencegahan kelompok ekstremis di Washington DC itu adalah atas undangan Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Jenderal Joseph F. Dunford.
Dalam keterangan pers di kantornya, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan dia menerima kedatangan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Joseph Donovan Jr. Kamis (26/10) untuk membahas mengenai pelarangan Jenderal Gatot memasuki wilayah negara adikuasa tersebut.
Menlu Retno menyatakan faktor penyebab sempat dilarangnya Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, karena kesalahan administrasi. Menurut Retno, Amerika menegaskan bahwa saat ini tidak ada larangan bagi Gatot Nurmantyo untuk terbang ke Amerika Serikat.
“Mereka mengatakan faktor penyebabnya adalah kesalahan administrasi. Kesalahan tersebut cepat diluruskan. Mereka menyambut baik Jenderal Gatot kalau akan berpergian ke Amerika Serikat. Mereka menyesalkan dan meminta maaf terhadap ketidaknyamanan ini. Mereka berjanji hal semacam ini tidak akan terjadi lagi. Komitmen Amerika Serikat terhadap strategic partnership yang dilakukan dengan Indonesia,” kata Menteri Retno.
Lebih lanjut Retno mengungkapkan saat ini Amerika tidak lagi mencegah Jenderal Gatot datang ke negara itu dan akan menyambut baik kedatangan Jenderal Gatot ke Amerika kapan saja.
Dalam pertemuan dengan Duta besar Donovan, Retno mengatakan kepala perwakilan diplomatik Amerika di Indonesia itu sekali lagi menyatakan penyesalan dan permohonan maaf atas kejadian itu. Dia juga berjanji hal semacam itu tidak akan terulang lagi.
Pengamat hubungan internasional dari President University, Teuku Reza Syah, mengatakan pemerintah Amerika harus secara jelas dan tegas menjelaskan tentang kesalahan administrasi yang dimaksud, karena menurutnya kesalahan administrasi itu sangat banyak. Menurutnya harus ada transparansi yang jelas.
“Administrasinya Amerika atau administrasi dalam proses hubungan dengan Indonesia, karena kesalahan administrasi bisa macam-macam. Dengan demikian kita harus yakin kesalahan administrasi bukan dari pihak Indonesia. Karena kalau kesalahan administrasinya makro berarti ada file dari kami yang kurang, kan,” kata Teuku Reza. “Misalnya, pejabat tinggi militer kita pernah bertugas di Timor Timur, apakah ini, kedekatan panglima kami dengan tokoh-tokoh Islam di Indonesia, apakah ini? Padahal tugas dari panglima dekat dengan siapapun. Akibatnya kita menebak-nebak terus.”
Jenderal Gatot Nurmantyo seharusnya berada di Washington DC sejak akhir pekan lalu untuk menghadiri acara konferensi panglima angkatan bersenjata sedunia yang membahas pencegahan kelompok ekstremis. Namun rombongan Gatot dilarang masuk wilayah Amerika meski telah memiliki visa dan undangan resmi.
Gatot lalu memutuskan batal terbang setelah melapor ke Presiden Joko Widodo, Kementerian Luar Negeri serta Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan.
Insiden itu bermula pada Sabtu siang lalu di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Rombongan Gatot yang berjumlah enam orang tadinya akan terbang ke Washington DC menggunakan pesawat Emirates Airline bernomor EK 357 pada pukul 17.50.
Saat akan check-in, sejumlah staf Emirates menghampiri rombongan Gatot. Mereka mengatakan Gatot dan rombongan tidak bisa terbang karena ada larangan dari imigrasi Amerika Serikat (US Customs and Border Protection).
Your browser doesn’t support HTML5