Militan Pendukung ISIS di Malaysia Beli Bahan Pembuat Bom

Gambar bendera ISIS di Solo, Jawa Tengah, sebelum kemudian dihapus oleh pihak berwajib.

Kelompok beranggotakan 19 tersangka militan telah membeli bubuk aluminium, yang sering digunakan sebagai bahan membuat bom.

Tersangka militan-militan Malaysia yang setia pada gerakan ekstremis Negara Islam (ISIS) membeli bahan pembuat bom untuk melakukan serangan di pembuatan bir Carlsberg dekat Kuala Lumpur, menurut seorang pejabat anti-terorisme.

Rencana itu, yang menurut pejabat tersebut ada dalam tahap "pembahasan", akan menjadi yang pertama dilakukan oleh militan Asia Tenggara yang terinspirasi kebangkitan ISIS untuk melakukan serangan besar di negara sendiri, menambah ketakutan pihak berwajib akan serangan domestik dari ekspansi ISIS di Suriah dan Irak.

Ayob Khan Mydin, wakil kepala divisi anti-terorisme kepolisian, mengatakan kelompok beranggotakan 19 tersangka militan telah membeli bubuk aluminium, yang sering digunakan sebagai bahan membuat bom.

"Ideologi dan niatnya sangat jelas," ujar Ayob Khan. "Rencana itu akan dilakukan."

Kelompok itu, tujuh anggota diantaranya telah didakwa melanggar undang-undang anti-terorisme dan senjata, telah membahas pengeboman pabrik bir Denmark di Petaling Jaya, pinggiran ibukota, serta target-target lainnya seperti klub malam, ujar Ayob Khan.

Perusahaan Carlsberg Brewery Malaysia mengatakan telah mengambil "langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan di fasilitas-fasilitas perusahaan, karena keselamatan pegawai adalah prioritas kami."

Ayob Khan mengatakan 12 tersangka harus dilepaskan karena kurangnya bukti yang mengaitkan mereka pada rencana-rencana serangan atau bergabung dengan ISIS yang dilarang.

Sedikitnya 20 warga Malaysia dan sampai 500 orang Indonesia diperkirakan telah pergi ke Suriah dan Irak untuk bertempur.

Pemerintah Indonesia bulan ini melarang dukungan bagi Negara Islam dan memperingatkan rakyat untuk tidak bergabung dalam perang di TImur Tengah.

"Informasi yang kami dapat adalah bahwa ribuan orang telah melakukan janji setia," ujar Sri Yunanto dari Badang Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), minggu lalu.

Para pejabat Malaysia yakin bahwa seorang warga Malaysia, pekerja pabrik berusia 26 tahun yang bernama Ahmad Tarmimi, telah melakukan serangna bunuh diri di sebuah kantor polisi di Irak pada Mei.

Meski ada penangkapan, para pendukung ISIS di Malaysia terus mengirimkan pengikut ke Suriah, ujar Ayob Khan.

"Kami yakin jika kami mengizinkan mereka pergi ke Suriah, mereka akan kembali dengan keahlian dan pengalaman. Ideologi mereka akan lebih kuat dari sebelumnya," ujarnya.

Ayob Khan, yang bekerja dalam bidang penanggulangan terorisme sejak awal 1990an, mengatakan para simpatisan Negara Islam menarik sejumlah kecil warga Malaysia dari berbagai latar belakang lewat proses perekrutan di media sosial, terutama Facebook, yang juga digunakan untuk menggalang dana.

Salah satu dari 19 tersangka yang ditangkap antara April dan Juni adalah anggota dewan legislatif lokal, mahasiswa jurusan agama dan pegawai kedai makanan, dan usia mereka berkisar antara 20 sampai 54 tahun, ujarnya.

Sebagai perbandingan, warga Malaysia yang bergabung dengan Jemaah Islamiah (JI) di Indonesia pada 1990an dan 200an cenderung melalui waktu lebih lama untuk merekrut dan seringkali merupakan veteran konflik di Afghanistan, ujar Ayob Khan.

"Dengan JI, perlu setahun untuk direkrut. Grup ini, dalam satu atau dua hari, mereka akan diambil sumpah," tambahnya. (Reuters)