Laporan harian New York Times (NYT) itu mengatakan seorang pejabat hukum AS “menandai serangan itu sebagai kemungkinan kejahatan perang,” tetapi “hampir pada setiap langkah, pihak militer mengambil langkah yang menyembunyikan serangan luar biasa itu.”
Komando Pusat militer AS (CENTCOM) mengeluarkan pernyataan rinci tentang serangan tersebut dan menyatakan bahwa penyelidikan menemukan bahwa serangan itu merupakan “serangan pertahanan diri yang sah,” “proporsional” dan bahwa “langkah-langkah yang diperlukan telah diambil untuk memastikan tidak ada warga sipil yang hadir.”
Penyelidikan mulai dilakukan setelah laporan militer menemukan kemungkinan adanya korban sipil.
BACA JUGA: Militer AS Tutupi Serangan Udara yang Tewaskan Warga Sipil SuriahBersama dengan 16 anggota ISIS yang dipastikan tewas dalam serangan, penyelidikan itu menyimpulkan setidaknya empat warga sipil tewas dan delapan lainnya terluka.
“Kami melaporkan sendiri dan menyelidiki serangan itu berdasarkan bukti kami sendiri dan bertanggung jawab penuh atas hilangnya nyawa yang tidak disengaja,” kata juru bicara CENTCOM Bill Urban.
Ia mengatakan, penyelidikan itu tidak dapat “menentukan status lebih dari 60 korban jiwa lainnya secara pasti,” menambahkan bahwa beberapa perempuan dan anak-anak, “baik melalui indoktrinasi atau pilihan (sendiri), memutuskan untuk angkat senjata dalam pertempuran ini dan dengan demikian tidak dapat diklasifikan secara ketat sebagai warga sipil.”
Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin kelompok Kurdi dan sekutu koalisi pimpinan AS mengumumkan kekalahan ISIS pada Maret 2019, setelah mengusir mereka dari benteng terakhir mereka di Baghouz, desa di timur Suriah. [rd/jm]