Militer Myanmar, Tatmadaw, menindak keras kelompok-kelompok milisi di negara bagian Chin, kata berbagai kelompok etnik bersenjata, tokoh agama dan masyarakat serta warga setempat. Chin terletak di bagian barat Myanmar dan berbatasan dengan India dan Bangladesh.
Sementara junta yang berkuasa, Dewan Administratif Negara (SAC), menarget bangunan-bangunan keagamaan dan warga sipil dalam upaya mengalahkan kelompok-kelompok bersenjata lokal, warga setempat hidup dalam suasana panik dan banyak di antara mereka yang telah meninggalkan desa mereka, kata para tokoh masyarakat dan agama.
Lebih dari 90 persen populasi Chin beragama Kristen.
Sejak awal Oktober, SAC telah mengirim sejumlah besar tentara ke Chin melalui daerah-daerah di dekatnya, Magway dan Sagaing, untuk menaklukkan kelompok-kelompok bersenjata lokal. Kelompok utamanya adalah Front Nasional Chin, yang didirikan pada tahun 1988. Yang lainnya, yang muncul setelah kudeta Februari lalu, adalah Laskar Pertahanan Chinland, Laskar Pertahanan Nasional Chin, dan unit-unit lokal Laskar Pertahanan Rakyat yang antijunta.
BACA JUGA: Wartawan Lokal: Kebebasan Pers di Myanmar MemburukPara pejabat Front Nasional Chin dan anggota kelompok-kelompok lainnya mengatakan kepada VOA bahwa sejumlah besar tentara junta kini ditempatkan di Hakha, Ibu Kota Chin, dan di kota-kota di dekatnya, Mindat, Kanpetlet, Falam dan Thantlang untuk operasi militer.
Pasukan Tatmadaw memerangi kelompok-kelompok bersenjata dalam perjalanan mereka ke kota-kota tersebut. Pasukan junta menggempur desa-desa dan melakukan pembunuhan, penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penyiksaan dan penyitaan properti secara ilegal, kata para saksi mata dan laporan media yang berbasis di Chin.
Pertempuran besar meletus dalam beberapa hari belakangan di Falam sewaktu konvoi militer bergerak menuju Hakha, kata juru bicara Front Nasional Chin dan Laskar Pertahanan Nasional Chin.
“Yang terburuk adalah pengeboman desa-desa dan penghancuran bangunan-bangunan keagamaan. Karena perilaku melanggar hukum ini, warga desa meninggalkan rumah mereka begitu pasukan militer mendekati desa-desa,“ kata Eun Khaw Tee, yang baru-baru ini meninggalkan Mindat setelah rumahnya hancur oleh gempuran artileri Tatmadaw. [uh/ab]