Misi Penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNIFIL mengatakan tiga pengamat PBB dan seorang penerjemah terluka pada Sabtu (30/3) ketika sebuah peluru meledak di dekat mereka saat melakukan patroli jalan kaki di Lebanon selatan. UNIFIL kini masih menyelidiki asal ledakan itu.
UNIFIL, serta pengamat teknis tak bersenjata yang dikenal sebagai UNTSO, ditempatkan di Lebanon selatan untuk memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru.
Kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah terlibat baku tembak dengan militer Israel di Jalur Biru sejak Oktober bersamaan dengan perang di Gaza.
Dalam pernyataannya pada Sabtu, UNIFIL menyatakan bahwa penyerangan terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Mereka menyatakan staf yang terluka berhasil dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis.
BACA JUGA: Suriah Laporkan Serangan Udara Israel Dekat Aleppo, Sedikitnya 42 TewasDua sumber keamanan sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa para pengamat terluka dalam serangan Israel di luar kota perbatasan Rmeish.
Militer Israel membantah terlibat dalam insiden tersebut. “Bertentangan dengan laporan yang ada, IDF (Angkatan Bersenjata Israel -red) tidak menyerang kendaraan UNIFIL di daerah Rmeish pagi ini,” kata militer dalam sebuah pernyataan.
Wali Kota Rmeish, Milad Alam, mengatakan kepada Reuters bahwa dia telah berbicara dengan penerjemah Lebanon dan memastikan kondisinya stabil.
“Dari Rmeish, kami mendengar ledakan dan kemudian melihat mobil UNIFIL lewat. Para pengamat asing dibawa ke rumah sakit di Tyre dan Beirut dengan helikopter dan mobil,” kata Milad tanpa memerinci kondisi mereka.
BACA JUGA: Serangan Udara Israel Gempur Lebanon SelatanMenurut Kementerian Pertahanan Norwegia, salah satu pengamat yang terluka adalah warga negara Norwegia, yang mengalami cedera ringan. Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa dua pengamat lain yang terluka adalah warga negara Chili dan Australia.
Penembakan Israel terhadap Lebanon telah menewaskan hampir 270 kombatan Hizbullah, dan sekitar 50 warga sipil – termasuk anak-anak, petugas medis dan jurnalis – serta mengenai UNIFIL dan tentara Lebanon.
Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain berupaya untuk mendapatkan resolusi diplomatik atas baku tembak antara Hizbullah dan Israel. Hizbullah mengatakan mereka tidak akan menghentikan tembakan sebelum gencatan senjata diterapkan di Gaza. [ah/ft]