Sambil berbuka puasa di sebuah masjid di Virginia pekan lalu, sejumlah warga Muslim membicarakan tentang bagaimana bulan suci Ramadan diwarnai dengan penembakan massal hari Minggu (12/6) di Orlando oleh seorang Muslim AS.
Pada bulan suci yang diisi dengan refleksi diri, beberapa keluarga membahas tentang bagaimana mereka bisa mencegah anak-anak muda mereka teradikalisasi oleh retorika ekstremis yang mudah mereka temukan di internet dan media sosial.
Faazia Deen, staf Dar Al-Hijrah Islamic Center urusan lintas agama di pinggiran Washington mengatakan kepada VOA, “Kami memiliki departemen pemuda yang cukup aktif. Kami berupaya melibatkan pemuda dan agar mereka lebih interaktif.”
Departemen pemuda di pusat itu menjalankan berbagai program untuk membantu memperkaya pertumbuhan sosial dan intelektual mereka. Departemen itu mengadakan kamp musim panas dan mengorganisir program diskusi bagi pemuda. Mereka juga berpartisipasidalam program lintas agama di mana mereka melibatkan pusat-pusat agama lain seperti gereja dan sinagog.
Deen mengatakan, "Dar Al-Hijrah punya peran besar untuk melibatkan pemuda.”
Deen mengatakan dia bekerja sama dengan para ibu yang, menurutnya, sangat berdampak besar pada anak-anak.
Dia mengatakan, “Saya berbicara kepada para ibu sesering mungkin. Saya merasa bahwa ibu penting agar anak-anak mendapatkan pendidikan yang tepat.”
Tidak jauh dari Dar Al-Hijrah, jemaah di sebuah masjid lain mengatakan kepada VOA bahwa melibatkan pemuda adalah prioritas.
Khyber Kakar, relawan Madina Islamic Center di Springfield mengatakan kepada VOA, “ketika insiden buruk seperti Orlando terjadi, penting bagi orangtua untuk memberitahu anak mereka bahwa itu bukan perilaku yang Islami.”
Relawan muda itu menambahkan, “Masjid atau Islamic center berperan untuk memberitahu para pemuda bahwa menurut Quran dan Islam, nyawa Muslim dan non-Muslim sangat berharga.”
Imam Madina center mengatakan program mereka dirancang khusus bagi pemuda. Dia mengatakan pusat itu berencana membentuk departemen pemuda untuk menarik banyak pemuda.
Jamal Kakar mengatakan, “Kami mengadakan kelas mingguan serta bulanan untuk melibatkan pemuda. Kami memusatkan perhatian pada mereka agar mereka berkontribusi terhadap masyarakat dan membantu agar tidak menjadi korban propaganda ekstremis.”
Seorang anggota jemaah di pusat itu mengatakan orangtua juga bertanggungjawab untuk menjauhkan pengaruh negatif dari anak mereka.
Saeed Khan mengatakan kepada VOA, “Kita harus selalu mengawasi semua kegiatan anak-anak.”
Para pemimpin Muslim mengatakan mereka berupaya melawan pesan ekstremis yang menggambarkan AS sebagai anti-Muslim.
Nihad Awad, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan kepada VOA, "Pesan saya kepada para pemuda adalah jadi Muslim Amerika yang bangga. Tidak ada yang berlawanan dalam menjadi Muslim dan orang Amerika. Mungkin sulit menjadi Muslim ketika kita mendengar hal-hal ini tetapi ini justru merupakan waktu terbaik sebagai Muslim. Jadi diri sendiri. AS memberikan kebebasan berpikir dan kebebasan beragama. Ini juga tercermin dalam Islam,” kata Awad. [vm/al]
Pasca penembakan massal di Orlando, Florida, dua masjid AS di negara bagian Virginia mengajarkan kalangan pamuda tentang bahaya ekstremisme Islamis.
VIRGINIA —