Meskipun belum sepenuhnya keluar dari pandemi COVID-19, warga Muslim di Amerika semakin percaya diri untuk kembali ke kegiatan rutin. Mengisi Ramadan tahun ini, mereka berencana mengadakan kegiatan penuh, tanpa pembatasan.
Masjid-masjid umumnya sudah mencabut berbagai pembatasan, siap menggelar beragam aktivitas. Demikian pula Imaam Center, masjid komunitas Muslim Indonesia di kawasan Washington DC. Masjid yang terletak di Silver Spring, Maryland, tersebut sudah menyiapkan kegiatan yang melibatkan semua kelompok usia, dengan andalannya, yang paling ditunggu jemaah, menghadirkan imam khusus tarawih dan buka puasa bersama.
Ketua tim panitia Ramadan 2023/1444 Hijriah, Ianuar Badawi mengatakan bahwa Imaam Center tahun ini mengundang Bilal Attaki. Ustaz muda yang didatangkan dari Indonesia ini akan memimpin tarawih selama sebulan dan mengajar metode khusus baca Al Quran.
“Imaam Center sudah terkenal dengan masya Allah imamnya yang merdu-merdu sekali dan bagus bacaannya.”
Lonjakan harga barang-barang kebutuhan akibat inflasi yang tinggi, sementara banyak orang masih berkutat masalah keuangan akibat imbas pandemi, mendorong masjid-masjid, termasuk Imaam Center, mengadakan iftar setiap hari.
“Alhamdulillah karena COVID sudah tidak lagi disebut pandemi maka Imaam Center sudah boleh mengundang jemaah untuk makan iftar setiap hari. Dan Insya Allah tidak dibatasi lagi kapasitasnya di dalam masjid,” imbuhnya.
Ianuar menambahkan, jumlah jemaah Indonesia dan nonIndonesia di Imaam Center sama banyak. Untuk Ramadan tahun ini, panitia memperkirakan lonjakan jumlah jemaah, baik karena situasi ekonomi maupun karena kerinduan jemaah untuk bertarawih tanpa pembatasan di masjid. Panitia menyiapkan iftar untuk 200 jemaah setiap hari kerja dan sampai 350 jemaah untuk Jumat sampai Minggu. Bagi Muslim nonIndonesia, iftar adalah kesempatan menikmati masakan Indonesia.
“Makanan Imaam Center sudah terkenal, ya makanan Indonesia pada umumnya,” lanjutnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Ramadan 1444 Hijriah di Amerika dimulai Kamis, 23 Maret 2023, dengan tarawih dimulai Rabu malam. Presiden Imaan Center, Arif Mustofa, menjelaskan keputusan dalam penentuan awal Ramadan.
“Kami bersepakat untuk menentukan jatuhnya hari (pertama) Ramadan mengikuti keputusan Fiqh Council of North America (FCNA) atau dewan fiqih Amerika Utara. Jadi, menggunakan metode hisab. Ada beberapa organisasi masjid yang berkolaborasi dengan sesamanya, melakukan metode rukyat di beberapa titik di Amerika.”
Imaam sudah lebih dari 10 tahun ini berpatokan pada keputusan FCNA dalam penetapan awal Ramadan dan Idul Fitri. Alasannya, memudahkan anggota yang harus meminta izin untuk tidak masuk sekolah atau tidak kerja. Namun, kata Arif, Imaam Center terbuka untuk mereka yang berpatokan pada metode yang berbeda.
Ramadan tahun ini tiba bersamaan awal musim semi. Umumnya, warga Amerika melakukan bersih-bersih alias Spring Cleaning.
Siti Suwarti ikut bersih-bersih di Masjid Imaam Center, bersama lebih dari 30 sukarelawan lain. “Kerja bakti bersihin masjid. Bersihin kaca, luar, dalam, trus pintu-pintu. Pokoknya bersihin dari debu-debu. Alhamdulillah, sudah bersih semua,”jelasnya.
Fitria Tsabita adalah koordinator Imaam Center Spring Cleaning. Ia mengatakan bahwa selama 2,5 jam, orang-orang yang umumnya jemaah, membersihkan dan mendekorasi masjid, bersuka cita menyambut Ramadan.
“Sampai wall-nya juga kita lap, trus toilet kamar mandi, semua kaca, trus frame-frame kaca, semua kita bersihkan,” jelasnya.
Setelah bersih-bersih masjid, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Imaam Youth membagi-bagikan hadiah kepada tetangga di sekitar masjid, memberi tahu bahwa akan ada lonjakan kegiatan di masjid sementara Muslim meningkatkan ibadah selama Ramadan. Mereka juga mengundang tetangga-tetangga untuk ke masjid guna melihat langsung apa yang dilakukan umat Islam di masjid, dan iftar bersama.[ka/ab]