Menteri-menteri pertahanan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), Rabu (17/2), bertemu untuk pembicaraan pertama mereka sejak Presiden Amerika Joe Biden menjabat dengan janji meredakan ketegangan antara Amerika dan mitra terdekatnya itu.
Agenda utama konferensi virtual dua hari itu adalah masa depan misi pendukung berkekuatan 9.600 tentara NATO di Afghanistan setelah Trump menyisihkan sekutu dan bersepakat dengan Taliban untuk menarik pasukan Amerika.
Pemerintahan Biden sedang meninjau apakah tetap pada tenggat 1 Mei untuk mundur atau mengambil risiko serangan berdarah dari pemberontak dengan tetap menempatkan pasukan di sana.
Para menteri pertahanan tidak akan membuat pengumuman tegas setelah diskusi selesai pada Kamis (18/2), tetapi anggota NATO lainnya bersikeras mereka bersedia tetap di Afghanistan, asalkan Amerika juga tinggal.
Nasib misi itu berpusat pada apakah Amerika memutuskan bahwa Taliban telah melanggar janji kesepakatan damai itu dengan meningkatkan serangan dan tidak membuat kemajuan dalam pembicaraan dengan pemerintah Kabul.
Seorang pejabat senior AS mengataka Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin akan "berkonsultasi dengan sekutu tentang proses itu dan menyampaikan umpan balik mereka" ke Washington.
Taliban telah melancarkan serangkai serangan yang mengancam setidaknya dua ibu kota provinsi. Mereka memperingatkan agar menteri-menteri NATO tidak "melanjutkan pendudukan dan perang" dengan tetap di Afghanistan.[ka/jm]