Jerman, Perancis dan Inggris menekan Iran pada Sabtu (16/1) untuk tidak melanggar perjanjian nuklir 2015, mengatakan bahwa Teheran "tidak punya alasan penggunaan sipil kredibel" untuk metal uranium.
Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) pada Kamis (14/1) mengatakan bahwa Iran telah memberitahunya bahwa Iran telah mulai masang perangkat untuk produksi metal uranium.
Dikatakannya, Teheran beranggapan rencananya untuk melakukan riset dan pengembangan produksi metal uranium adalah bagian dari "tujuannya untuk merancang sejenis bahan bakar yang lebih bagus."
Namun, metal uranium juga bisa digunakan untuk membuat bom nuklir. Dan aktivitas riset terkait produksinya secara khusus dilarang berdasarkan perjanjian nuklir tersebut. Perjanjian itu ditandatangani oleh Teheran dengan Jerman, Perancis, Inggris, China, Rusia dan AS pada 2015.
Sejak AS mundur dari perjanjian itu pada 2018, para anggota lain telah berusaha untuk mempertahankan perjanjian itu. Iran telah memanfaatkan pelanggaran perjanjian itu untuk menekan penandatangan lain untuk memberikan insentif tambahan kepada Iran, untuk meringankan sanksi-sanksi yang diberlakukan AS terhadap Iran.
Presiden AS terpilih Joe Biden telah mengatakan dia ingin AS kembali ke perjanjian itu. [vm/ft]