Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu (1/9) bertekad akan "menyelesaikan masalah" dengan Hamas menyusul ditemukannya jenazah enam sandera di terowongan Gaza oleh pihak militer.
"Mereka yang membunuh sandera tidak menginginkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza," tegas Netanyahu. Ia juga memperingatkan para pemimpin Hamas, "Kami akan memburu kalian, menangkap kalian, dan menyelesaikan urusan ini."
Seorang juru bicara militer, Laksamana Muda Daniel Hagari, kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers mengatakan, “Menurut perkiraan awal kami, mereka dibunuh secara brutal oleh para teroris Hamas beberapa saat sebelum kami mencapai mereka.” Mereka ditemukan di sebuah terowongan di kota Rafah di bagian selatan.
Netanyahu juga menuduh Hamas melakukan serangan penembakan pada hari Minggu yang menewaskan tiga polisi di dekat kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel. Hamas tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun menyebutnya sebagai “operasi heroik dari pihak perlawanan.”
BACA JUGA: Enam Jasad Sandera Ditemukan di Gaza, Biden Optimistis Gencatan Senjata Hampir TercapaiNetanyahu mengatakan, “Kami bertempur di semua lini melawan musuh yang kejam yang ingin membunuh kita semua. Fakta bahwa Hamas terus melakukan kekejaman seperti yang dilakukannya pada tanggal 7 Oktober mewajibkan kami untuk melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan bahwa Hamas tidak dapat melakukannya lagi.”
Netanyahu menyebut bahwa Israel "sedang berperang di berbagai front dalam upaya melawan musuh kejam yang ingin menghancurkan kita." Dia juga menyinggung serangan penembakan di dekat Hebron di Tepi Barat yang diduduki, yang menewaskan tiga aparat kepolisian.
Militer Israel mengatakan bahwa para penyerang Tepi Barat menembaki sebuah kendaraan di pos pemeriksaan dekat Hebron. “Pasukan keamanan telah mulai mencari para teroris,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Hamas belum mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun dalam sebuah pernyataan, kelompok itu menyebut peristiwa tersebut sebagai "aksi heroik perlawanan."
Netanyahu menyatakan bahwa "fakta bahwa Hamas terus melakukan kekejaman seperti pada 7 Oktober, memaksa kita untuk melakukan segala upaya agar mereka tidak bisa melakukannya lagi." Ia merujuk pada tanggal saat Hamas menyerang Israel yang berujung pada berkobarnya perang di Jalur Gaza hingga saat ini.
Seorang pejabat senior Hamas menyebutkan bahwa beberapa dari enam sandera yang ditemukan tewas telah "disetujui" untuk dibebaskan jika gencatan senjata disepakati. Namun, kesepakatan tersebut belum terwujud hingga sekarang, meskipun mediasi terus dilakukan dalam beberapa bulan terakhir.
"Beberapa nama tawanan yang diumumkan dan ditemukan tewas oleh pihak (Israel) adalah bagian dari daftar sandera yang akan dibebaskan, sesuai dengan usulan pertukaran tahanan Palestina yang ditahan di Israel, yang telah disetujui Hamas," kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya kepada AFP.
Media Israel melaporkan bahwa Hamas sepakat untuk membebaskan sandera berkewarganegaraan Amerika-Israel, Hersh Goldberg-Polin, bersama dua orang lainnya, Carmel Gat dan Eden Yerushalmi, jika gencatan senjata tercapai. Jasad mereka ditemukan di Gaza.
BACA JUGA: Biden: Israel Temukan 6 Jenazah Sandera di Gaza, Termasuk Goldberg-PolinPejabat Hamas mengatakan keenam tawanan itu "tewas akibat tembakan dan aksi pengeboman pendudukan.” Namun pihak militer Israel membantah tudingan itu.
Juru bicara militer, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, dalam sebuah briefing daring dengan wartawan, menyatakan bahwa "menurut penilaian awal kami, mereka dibunuh secara brutal oleh teroris Hamas."
Klaim Hamas bahwa para sandera dibunuh oleh pasukan Israel adalah "perang psikologis", imbuhnya.
Menurut Shoshani, jasad-jasad tersebut ditemukan di sebuah terowongan di selatan Kota Rafah, sekitar satu kilometer dari lokasi di mana pasukan Israel sebelumnya berhasil menyelamatkan sandera, Kaid Farhan Alkadi, pada Selasa.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, Serangan balasan Israel telah menewaskan hampir 41.000 warga Palestina di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, sementara militer Israel mengatakan bahwa jumlah korban tewas termasuk beberapa ribu petempur Hamas.
Israel mengatakan bahwa mereka yakin 101 sandera Israel dan asing masih berada di Gaza, namun sekitar sepertiga dari mereka diyakini telah tewas, sementara nasib sandera lainnya belum diketahui.
Para pejabat senior Hamas mengatakan bahwa Israel, harus disalahkan atas kematian terbaru ini karena menolak untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata.
“Netanyahu bertanggung jawab atas pembunuhan para tahanan Israel,” kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters. “Orang-orang Israel harus memilih antara Netanyahu dan kesepakatan itu.”
Hamas telah menawarkan untuk membebaskan para sandera dengan imbalan berakhirnya perang, penarikan pasukan Israel dan pembebasan puluhan tahanan Palestina, termasuk para militan terkenal, yang dipenjara oleh Israel.
Forum Keluarga Sandera meminta Netanyahu untuk bertanggung jawab dan menjelaskan apa yang menghambat tercapainya kesepakatan.
“Mereka semua dibunuh dalam beberapa hari terakhir, setelah bertahan selama hampir 11 bulan mengalami pelecehan, penyiksaan, dan kelaparan di tawanan Hamas. Penundaan penandatanganan kesepakatan telah menyebabkan kematian mereka dan banyak sandera lainnya,” kata pernyataan itu.
Keluarga-keluarga para sandera menyerukan pemogokan umum di seluruh Israel untuk mencoba meningkatkan tekanan terhadap Netanyahu untuk mencapai gencatan senjata.
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid juga menyerukan “pemogokan umum.”“Mereka masih hidup, tapi Netanyahu dan kabinet kematiannya memutuskan untuk tidak menyelamatkan mereka,” tulisnya di halaman Facebook-nya. “Masih ada sandera yang hidup. Kita masih bisa membuat kesepakatan.”
Menteri Pertahanan Yoav Gallant meminta pemerintah untuk membatalkan keputusan yang dibuat pada hari Kamis lalu guna mempertahankan pasukan Israel di Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan dengan Mesir, yang merupakan titik perdebatan utama dalam negosiasi gencatan senjata Gaza.
“Kabinet harus segera berkumpul dan membatalkan keputusan yang dibuat pada hari Kamis,” kata Gallant dalam sebuah pernyataan.“ Kita harus membawa kembali para sandera yang masih ditahan oleh Hamas.” Gallant dan Netanyahu terlibat adu mulut mengenai masalah koridor, namun pejabat keamanan lainnya memihak Netanyahu.
Presiden AS Joe Biden, yang mengikuti dengan seksama nasib para sandera, mengatakan bahwa enam mayat yang ditemukan di terowongan Gaza termasuk warga Amerika keturunan Israel, Hersh Goldberg-Polin. Biden mengatakan bahwa ia “sangat terpukul dan marah.”
“Para pemimpin Hamas akan membayar kejahatan ini. Dan kami akan terus bekerja sepanjang waktu untuk mendapatkan kesepakatan untuk membebaskan para sandera yang tersisa,” katanya dalam sebuah pernyataan. Goldberg-Polin, 23 tahun, ditangkap di sebuah festival musik di dekat perbatasan Gaza dan muncul dalam sebuah video yang dirilis oleh Hamas pada akhir April.
Sebelumnya, berbicara kepada para wartawan di tempat peristirahatannya di Pantai Rehoboth, Delaware, Biden mengatakan bahwa ia “masih optimis” akan tercapainya kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan konflik, dan menambahkan, “Orang-orang terus bertemu.” [ah/my/jm]