Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Minggu (21/1) merilis sebuah pernyataan video di mana dia menekankan percakapannya dengan Presiden AS Joe Biden Jumat lalu (19/1) bahwa dia menolak tuntutan Hamas untuk melakukan gencatan senjata, menarik pasukan Israel, dan membebaskan warga Palestina yang ditahan oleh Israel sebagai imbalan pembebasan sejumlah sandera yang masih ditahan kelompok militan itu.
Netanyahu mengatakan dengan menyetujui hal tersebut berarti serangan ala 7 Oktober lainnya "hanya soal waktu."
Netanyahu juga menolak seruan Amerika, yang merupakan sekutu terdekatnya, untuk membuat rencana pascaperang yang akan mencakup jalan menuju pembentukan negara Palestina, dengan mengatakan ia ingin memastikan bahwa Gaza "tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel".
"Saya mendesak apa yang selama bertahun-tahun mencegah pembentukan negara Palestina, yang akan menimbulkan bahaya eksistensial bagi Israel. Selama saya menjabat sebagai perdana menteri, saya akan terus mempertahankan desakan itu," tambahnya.
BACA JUGA: Hamas Tak Pedulikan Komentar Biden tentang Negara PalestinaSekjen PBB Kecam Sikap Netanyahu
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut penolakan untuk menerima solusi dua negara sebagai hal yang tidak dapat diterima.
Netanyahu telah bersumpah untuk terus melakukan serangan hingga Israel mencapai "kemenangan penuh" atas Hamas dan mengembalikan semua sandera yang tersisa.
Namun, beberapa pejabat tinggi Israel telah mulai mengakui bahwa tujuan-tujuan tersebut mungkin tidak akan tercapai.
Hamas diyakini masih menahan para tawanan di terowongan-terowongan dan menggunakannya sebagai tameng untuk melindungi pemimpinnya. Israel telah menyelamatkan satu sandera lagi, dan Hamas mengatakan beberapa sandera telah terbunuh dalam serangan udara Israel atau selama operasi penyelamatan yang gagal.
BACA JUGA: PBB: Israel Menahan dan Menganiaya Ribuan Warga Sipil PalestinaHingga Hari Minggu, 25.105 Warga Palestina di Gaza Tewas
Perang Israel-Hamas ini berawal dari serangan Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menculik sekitar 250 orang.
Israel menanggapi hal itu dengan serangan darat dan udara yang menghancurkan seluruh bagian utara Gaza, dan kini meluas ke selatan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, mengatakan hingga hari Minggu ini, 25.105 warga Palestina di Gaza tewas, sementara 62.681 lainnya luka-luka.
Perang itu juga telah membuat sekitar 85% penduduk Gaza mengungsi, di mana ratusan ribu orang memadati tempat-tempat penampungan dan kamp-kamp yang dikelola PBB di bagian selatan. Para pejabat PBB mengatakan seperempat dari 2,3 juta penduduk Gaza mengalami kelaparan karena sedikitnya bantuan kemanusiaan yang sampai kepada mereka akibat terus berkecamuknya pertempuran dan pembatasan yang dilakukan Israel. [em/jm]