Perancis menjadi tuan rumah pertemuan internasional tingkat menteri pada 30 Mei mendatang dalam upaya menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian, yang terakhir kali diadakan pada tahun 2014 atas prakarsa Amerika.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault mengunjungi para pemimpin Israel dan Palestina hari Minggu, sementara negaranya bersiap-siap menjadi tuan rumah pertemuan internasional yang bertujuan mencari cara menghidupkan kembali pembicaraan tersebut.
Palestina hari Minggu (15/5) memperingati apa yang mereka sebut “hari malapetaka” untuk mengenang terusirnya ratusan ribu orang Palestina dari kediaman mereka menyusul berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Protes-protes diadakan di berbagai penjuru wilayah Palestina, sehari setelah Israel memperingati hari ulang tahun ke-68 kemerdekaannya.
Di Betlehem, para demonstran menaiki kendaraan seperti kereta mainan yang memuat nama bekas desa-desa Palestina. Penyelenggara mengharapkan kepulangan ke desa-desa tersebut.
“Kembali ke tanah air kami hingga kini masih merupakan mimpi. Sekarang kami berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpi ini,” kata Munther Ameera, salam seorang penyelenggara protes.
Pasukan keamanan Israel melontarkan gas air mata ke arah demonstran yang mendekati sebuah pos pemeriksaan di Tepi Barat, dan sejumlah orang Palestina di Gaza melemparkan batu ke pagar perbatasan dengan Israel.
Inilah situasi yang dihadapi Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault dalam lawatannya ke ibukota Tepi Barat, Ramallah, untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kami berharap Perancis sukses karena upaya-upaya Perancis merupakan satu-satunya harapan yang benar-benar ada sekarang ini,” kata Riyad Al-Maliki, Menteri Luar Negeri Palestina.
Tetapi Israel kesal atas resolusi UNESCO bulan lalu yang mengecam Israel atas apa yang disebut “pendudukan” negara itu terhadap Masjid al-Aqsa, sehingga tidak memberi kebebasan beribadah bagi warga Muslim. Tempat itu disebut warga Yahudi sebagai Bukit Bait Suci dan merupakan tempat paling suci bagi mereka.
“Saya bertemu menteri luar negeri Perancis pagi ini. Saya memberitahunya bahwa keputusan UNESCO yang didukung Perancis itu dan tidak mengakui kaitan rakyat Yahudi dengan Bukit Bait Suci, yang sudah ribuan tahun, membayang-bayangi keadilan forum apapun yang ingin diselenggarakan Perancis,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Netanyahu memberitahu Ayrault bahwa Israel hanya berminat pada pembicaraan langsung dengan Palestina.
Menteri Luar Negeri Perancis mengatakan dimulainya kembali pembicaraan perdamaian sangat penting untuk mengakhiri kebuntuan sekarang ini dan mencegah menyusupnya teroris ISIS ke kawasan konflik.
“Perancis tidak punya kepentingan pribadi, tetapi sangat yakin bahwa jika kita tidak ingin membiarkan kelompok ISIS berkembang di kawasan ini, kita harus berbuat sesuatu,” kata Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault.
Wakil-wakil Israel dan Palestina tidak diundang ke pertemuan perdamaian di Paris itu. [uh/ab]