Obama Berusaha Perbaharui Kebijakan Tutup Guantanamo

  • Kent Kline

Para aktivis memakai seragam oranye, melakukan unjuk rasa di depan Gedung Putih menandai 100 hari aksi mogok makan para narapidana di Guantanamo (17/5)

Presiden Obama mengumumkan rencananya dalam pidato luas selama satu jam mengenai kebijakan kontra terorisme AS, termasuk upaya penutupan Guantanamo.
Presiden Obama pertama kali berjanji untuk menutup tahanan militer Amerika di Teluk Guantanamo, Kuba, ketika ia mencalonkan diri menjadi presiden tahun 2008. Pada hari ketiga menjabat sebagai presiden tahun 2009 ia menandatangani perintah menutup penahanan itu dalam waktu satu tahun.

Akhir tahun 2009, Senat Amerika menghalangi pendanaan yang dibutuhkan untuk memindahkan atau membebaskan tahanan dari kamp itu. Tahun 2011, Presiden Obama menandatangani RUU anggaran pertahanan yang melarang pemindahan tahanan Guantanamo ke Amerika daratan atau negara-negara lain, memaksa Guantanamo itu tetap dibuka.

Dalam pidato hari Kamis, Presiden Obama mengatakan pemerintahannya bertekad untuk mengadili para tersangka teroris jika memungkinkan. Ia menyebut penahanan mereka tanpa tuduhan di Guantanamo adalah sebuah “suatu tindakan mencolok” yang merusak citra Amerika di dunia.

“Alasan pertama bagi dibukanya Guantanamo, bahwa para tahanan tidak akan bisa menggugat penahanan mereka, didapati tidak konstitusional lima tahun lalu. Sementara itu Guantanamo, di seluruh dunia menjadi simbol Amerika yang melanggar aturan hukum. Sekutu kita tidak akan bekerja sama dengan kita kalau mereka menganggap seorang teroris akan berakhir di Guantanamo,” papar Obama.

Presiden Obama mengimbau Kongres untuk mencabut larangan yang diberlakukan mengenai pemindahan tahanan dari Guantanamo ke negara-negara lain atau memenjarakan mereka di Amerika daratan.

Presiden Obama meminta Departemen Pertahanan untuk menetapkan sebuah lokasi di Amerika dimana komisi militer bisa bertugas. Presiden Obama juga mengatakan ia menunjuk seorang utusan senior untuk Departemen Luar Negeri dan Pertahanan yang akan bekerja untuk memindahkan tahanan ke negara-negara lain.

Presiden Obama mengatakan ia akan mencabut moratorium mengenai pemindahan tahanan ke Yaman, untuk memungkinkan setiap kasus ditinjau secara individu. Ia bertekad untuk mengadili para tersangka terror dalam pengadilan sipil dan militer Amerika dimana dianggap pantas.

166 tahanan masih berada di Guantanamo, 86 telah disetujui untuk dipindah selama ketentuan keamanan dipenuhi. 100 lebih tahanan mengadakan aksi mogok untuk memprotes penahanan mereka dan sekitar 30 diberi makan secara paksa.

Di Human Rights Watch, penasehat kontra terorisme Laura Pitter mengatakan ia percaya para pelaku mogok makan memaksa pejabat Amerika untuk meninjau kembali isu Guantanamo.

“Aksi mogok makan itu benar-benar menempatkan isu penutupan Guantanamo kembali pada agenda politik. Sangat disayangkan bahwa para tahanan harus melakukan upaya drastis dan putus asa seperti itu untuk kembali mendapat perhatian dari pemerintah dan Kongres,” kata Pitter.

Presiden Obama telah dikecam di dalam negeri dan di seluruh dunia karena gagal menutup Guantanamo. Ia juga menghadapi tentangan di dalam negeri karena mengusulkan penahanan para tersangka teror di Amerika.