Obama, Presiden Korsel Sependapat soal Kemungkinan Ancaman Nuklir Korut

Presiden AS Barack Obama dan Presiden Korsel Lee Myung-bak dalam pertemuan di Seoul, Minggu (25/3).

Dalam pertemuan di Seoul, Obama dan Lee Myung-bak menunjukkan sikap bersatu menghadapi kemungkinan ancaman dari Korea Utara.

Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak hari Minggu bertemu di Seoul dan menunjukkan sikap bersatu dalam menghadapi kemungkinan ancaman dari Korea Utara.

Pada konferensi pers bersama usai pertemuan, Obama mengatakan Korea Utara tidak akan mendapatkan apapun dengan mengeluarkan ancaman-ancaman, dan bahwa negara itu hanya akan semakin memperdalam pengucilannya jika melaksanakan peluncuran roket yang diumumkan akan berlangsung bulan depan.

Lee sependapat, dengan menyebut rencana peluncuran roket jarak jauh itu sebagai tindakan provokatif yang mengancam perdamaian dunia serta bertentangan dengan resolusi-resolusi PBB dan sebuah perjanjian dengan Amerika.

Pernyataan mereka muncul menjelang KTT keamanan nuklir internasional yang kemungkinan besar akan dibayang-bayangi oleh pengumuman Korea Utara bahwa negara itu akan meluncurkan satelit ke antariksa dengan menggunakan roket jarak jauh, sebagai bagian dari perayaan memperingati 100 tahun hari lahir mendiang pendiri dan presiden Korea Utara Kim Il Sung pada 15 April.

Obama juga mengatakan Tiongkok mendorong perilaku yang buruk dengan menutup mata terhadap provokasi Korea Utara. Ia mendesak Tiongkok supaya menggunakan pengaruhnya untuk mendorong Korea Utara agar menghentikan perilaku tersebut.

Presiden Obama mengatakan ia berencana membahas masalah tersebut dengan Presiden Tiongkok Hu Jintao dalam pertemuan di Seoul hari Senin.

Sebelumnya, Presiden Obama mengunjungi zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Presiden Obama, yang berdiri di belakang lapisan kaca tebal antipeluru, meneropong ke arah Korea Utara di seberang perbatasannya dengan Korea Selatan.