Jaksa hari Rabu secara resmi mendakwa Ilham Tohti, yang kerap mengritik perlakuan keras China terhadap minoritas Uighur. Tohti, yang berusia 44 tahun dan mengajar ekonomi di Central University for Nationalities, Beijing, ditahan bulan Januari.
Sejak penahanannya, media pemerintah menyebut Tohti sebagai “otak” di belakang aktivitas teroris di kawasan China. Tetapi komentar-komentar dan banyak wawancara yang dilakukannya dengan media asing tidak menunjukkan bahwa ia mendukung separatisme.
Dalam suatu pernyataan, Human Rights Watch mengemukakan tidak ada bukti Tohti menyulut kekerasan atau melakukan kejahatan lainnya. Organisasi berbasis di New York ini menyatakan sangat terusik karena Tohti dikenai dakwaan separatisme, yang diancam dengan hukuman mati.
The Uyghur American Association menyebut dakwaan separatisme menggelikan dan tidak yakin Tohti akan diadili dengan jujur.
Di Washington, jurubicara Departemen Luar Negeri Amerika Marie Harf mendesak Beijing agar segera membebaskan Tohti.