Sebagai warisan budaya Indonesia, seni pertunjukan wayang kulit selalu membuat kagum para penonton mancanegara. Digelar di sebuah universitas ternama di Amerika, pertunjukkan warisan budaya Indonesia ini tidak hanya mendapat sambutan meriah namun membuat para penonton lebih mengenal keragaman budaya Indonesia.
Pada awal bulan ini untuk pertama kalinya, pertunjukan wayang kulit dan musik gamelan dari Keraton Yogyakarta digelar di kampus Universitas Yale, New Haven negara bagian Connecticut, Amerika. Pertunjukan yang digelar di Pusat Galeri Seni Universitas Yale ini dipenuhi oleh sekitar 500 penonton terdiri dari mahasiswa, pengajar, pengamat seni dan masyarakat yang sebagian besar belum pernah menonton pertunjukkan wayang. Mewakili Keraton Yogyakarta, hadir tujuh seniman gamelan yang memainkan kenong, peking, kempul gong, hingga dua pesinden.
Pagelaran ini menampilkan cerita Arjuna Wiwaha dengan dalang Ki Suharno lulusan dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Misi kebudayaan dan pagelaran wayang ini dipimpin langsung oleh Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono X yang memberikan kata pengantar dan penjelasan dibalik cerita Arjuna Wiwaha.
Menurut Sri Sultan HB X acara di Yale University Art Gallery ini sesuai dengan target penontonnya yang sebagian besar memahami seni tradisional Indonesia.
“Mereka mengerti tentang wayang kulit, semoga saja pengembangan budaya dari Indonesia ini siap diapresiasi oleh warga Amerika” ujar Sri Sultan HB X kepada VOA.
Pagelaran wayang kulit ini berlangsung selama dua jam. Walaupun menggunakan bahasa Jawa dan sesekali memakai bahasa Inggris, seluruh penonton tampak tidak bergeming dari tempat duduk mereka menikmati pagelaran ini.
Ki Suharno, dalang pertunjukkan wayang kulit malam itu mewakili keraton Yogyakarta. Ini adalah pertama kalinya Ki Suharno pentas di Amerika. “Pengalaman istimewa, apalagi didampingi langsung oleh Sri Sultan HB X dan menjadi duta seni budaya bangsa,” kata Ki Suharno. Ia juga senang keahliannya dalam bidang seni bisa berguna untuk melestarikan seni budaya Indonesia di kancah internasional.
Ratusan penonton tidak dapat menyembunyikan kekaguman mereka, bahkan bagi Joeri Smith yang hadir mengenakan baju batik mengatakan ini kedua kalinya ia menonton wayang kulit dan pagelaran gamelan, “pertunjukan malam ini sangat menakjubkan,” ujarnya.
Lain lagi dengan warga Connecticut, Leslie Rudden, katanya kombinasi musik gamelan, nyanyian para pesinden dan lantunan suara dalang membuatnya merinding, “pergerakan wayang-wayangnya sangat indah, dalangnya hebat sekali,” ujar Leslie.
Acara ini didukung oleh Universitas Wesleyan, Council on Southeast Asian Studies dan Wayne Forrest dari American Indonesian Culture and Educational Foundation.
Pangeran Notonegoro dari keraton Yogyakarta yang turut memimpin rombongan duta seni budaya ini menambahkan program ini telah membuka peluang kerja sama dengan Universitas Yale dalam upaya melestarikan koleksi wayang-wayang kulit keraton yang telah berusia ratusan tahun dengan teknologi konservasi dari universitas Yale. Ia juga menambahkan “kami juga berencana menggelar pameran dan pagelaran wayang lainnya di waktu mendatang.”
Dari Universitas Yale rombongan ini melanjutkan misi kebudayaan ke Wesleyan University di Middletown dan New York. (zb/nr)
Your browser doesn’t support HTML5