Pakistan tampaknya memperkeras pendiriannya terhadap strategi Donald Trump yang baru saja diumumkan tentang Afghanistan dan Asia Selatan; tetapi para pejabat menolak gambaran bahwa Pakistan menghendaki "konfrontasi" atau "perpecahan" dalam hubungan yang sudah puluhan tahun dengan Amerika.
Ketika mengumumkan kebijakannya yang telah lama ditunggu-tunggu minggu lalu, Trump menuduh Pakistan menampung "pengacau" dan " teroris" yang justru diperangi militer AS di Afghanistan. Kebijakan tersebut juga mencoba untuk memberi India, seteru bebuyutan Pakistan, peran penting dalam upaya keamanan regional.
Para pemimpin Pakistan menanggapi dengan mengatakan, tuduhan teror yang dilontarkan AS itu adalah upaya untuk "mengambing-hitamkan" Pakistan dan menuduh militer Amerika gagal mengalahkan pemberontakan Taliban selama 16 tahun.
Selain itu, Pakistan menunda kunjungan Asisten Menlu AS, Alice Wells ke Islamabad, yang dijadwalkan hari Senin, "sampai waktu yang lebih baik bagi kedua pihak." Perkembangan itu terjadi sesaat setelah Islamabad memutuskan untuk tidak mengirim Menteri Luar Negerinya, Khawaja Asif ke Washington, di mana dia dijadwalkan bertemu dengan sejajarnya dari AS.
Alih-alih mengakui pengorbanan Pakistan yang "belum pernah terjadi sebelumnya" dalam memerangi teroris, strategi baru Washington di Afghanistan tidak lain adalah "taktik lama membuli (bully) dan menggertak” menurut Senator Pakistan, Mushahid Hussain.
Senator Pakistan yang berpengaruh itu menekankan pentingnya kerjasama antara kedua negara, dengan mengatakan hanya melalui upaya kolektif, dengan melibatkan pemegang kepentingan utama regional, masalah Afghanistan yang telah lama itu dapat diselesaikan. [ps/al]