Pakistan Razia Pengeras Suara Masjid, Ujaran Kebencian Berkurang

Polisi menjaga Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan, tempat berlangsungnya shalat Idul Adha. (Foto: Dok)

Masjid-masjid di Lahore dan kota-kota besar lainnya di Punjab telah sebagian besar berhenti menggunakan pengeras suara untuk berceramah melawan kelompok agama minoritas.

Razia terhadap masjid-masjid di Pakistan yang menggunakan pengeras suara untuk melontarkan kata-kata kasar terhadap kelompok minoritas telah mengurangi ujaran kebencian di Punjab, provinsi terbesar di negara itu.

Punjab, yang berpenduduk sekitar 100 juta orang, secara historis kesulitan untuk mengekang kekerasan sektarian dan ujaran kebencian dari ulama-ulama Muslim Sunni garis keras yang seringkali menyebut para minoritas seperti Syiah dan Ahmadiyah sebagai "kafir."

Peningkatan sektarianisme di Pakistan, negara berpenduduk mayoritas Muslim sekitar 190 juta orang, telah membuat waspada pihak berwenang, yang khawatir pengobaran kebencian berdasarkan agama dapat meningkatkan ketidakstabilan di negara yang sudah diguncang pemberontakan Islamis itu.

Penargetan ujaran kebencian itu dimulai Desember 2014 setelah para militan dari Taliban Pakistan membunuh lebih dari 150 orang di sebuah sekolah di Peshawar, termasuk 134 anak-anak. Pengkritik pemerintah mengatakan seharusnya pemerintah bisa berbuat lebih banyak lagi.

Mushtaq Ahmad Sukhera, inspektur jenderal polisi Punjab, mengatakan sekitar 9.500 kasus telah diajukan melawan mereka yang menyebarkan ujaran kebencian lewat pengeras suara yang biasanya dipakai untuk azan di masjid-masjid.

"Penyalahgunaan perangkat suara seperti itu telah berakhir. Bagi saya, ini keberhasilan besar," ujar Sukhera kepada Reuters.

Sukhera mengatakan masjid-masjid tempat ujaran kebencian disuarakan telah diawasi, sementara materi-materi yang berisi hinaan telah dihapus dari dinding-dinding kota dan papan reklame.

Perwakilan-perwakilan kelompok minoritas mengukuhkan bahwa masjid-masjid di Lahore dan kota-kota besar lainnya di Punjab telah sebagian besar berhenti menggunakan pengeras suara untuk berceramah melawan kelompok agama minoritas.

"Namun (hal itu) hanya terjadi di kota-kota besar di mana polisi melakukan pemantauan ketat. Di kota-kota kecil dan pedesaan, pengeras suara masih digunakan untuk menyuarakan ujaran kebencian (hate speech)," ujar Saleemur Rehman, juru bicara komunitas Ahmadiyah yang sering disasar.

Peter Jacob, Direktur Komisi Nasional untuk Keadilan dan Perdamaian (NCJP), menambahkan bahwa ujaran kebencian berlanjut di media sosial dan ditempel di becak dan bus umum.

"Tidak ada perubahan dalam tingkat intoleransi dalam masyarakat," ujarnya.

Sukhera mengatakan razia terhadap kelompok-kelompok radikal seperti Lashkar-e-Jhangvi, kelompok militan sektarian Muslim Sunni, telah membantu mengurangi kejahatan di Punjab.

Tingkat pembunuhan tahun 2015 menurun 26 persen dari 4.522 setahun sebelumnya. Jumlah insiden "terorisme/bunuh diri/sektarian" juga menurun 56 persen, ujarnya. [hd]