Menyusul tragedi penembakkan massal baru-baru ini di Texas dan Ohio, para kandidat calon presiden dari Partai Demokrat meningkatkan kecaman mereka terhadap Presiden Donald Trump dan retorikanya yang dinilai memecah belah. Reporter VOA Jim Malone melaporkan, Trump masih menjadi isu utama dalam persaingan di kubu Demokrat.
Berbicara di Iowa, mantan wakil presiden Joe Biden menuduh Presiden Trump berusaha menghidupkan ideologi supremasi kulit putih. “Trump menghindari penggunaan kata-kata supremasi kulit putih. Dan, ketika ia mengucapkannya, ia tidak terlihat meyakininya. Ia tampaknya lebih mengkhawatirkan kehilangan suara ketimbang mengenyahkan ideologi kebencian ini,” komentarnya.
Biden saat ini diunggulkan meraih nominasi Partai Demokrat yang akan berhadapan dengan Trump tahun depan.
Beberapa saingan Biden, termasuk Senator Vermont Bernie Sanders, juga dengan segera mengecam retorika-retorika yang pernah diucapkan oleh presiden. “Ia seorang yang rasis, seksis, anti orang asing, yang retorika anti-imigrannya, saya yakin, menciptakan situasi yang memungkinkan kekerasan terjadi,” ujar Sanders.
Penembakkan massal di El Paso dan Dayton memunculkan tuntutan baru pengawasan senjata, dan di antara kandidat calon presiden Partai Demokrat yang menuntut aksi itu adalah Senator New Jersey Cory Booker.
“Kita harus bertindak mencegah orang-orang yang seharusnya tidak memiliki senjata dari kemungkinan mendapatkannya,” kata Cory.
Presiden Trump berusaha menghibur para korban di El Paso dan Ohio pekan ini. Ia menyerang balik para saingannya dari kubu Demokrat. “Orang-orang yang mengecam saya adalah tokoh-tokoh politik. Mereka berusaha mencari keuntungan. Dalam banyak kasus, mereka mencalonkan diri sebagai presiden, dan berdasarkan jajak-jajak pendapat, tingkat dukungan terhadap mereka rendah.”
Kunjungan Trump mengundang protes di kedua kota itu, dan ini membuat penasehat presiden Kellyanne Conway berusaha membelanya. “Ia berbicara kepada bangsa mengenai semua ini, dan berusaha menyatukan dan menyembuhkan dengan mengambil langkah-langkah konkrit. Para saingan politiknya malah menyerangnya.”
Menurut Darrell West, analis politik di Brookings Institution, catatan panjang pernyataan-pernyataan Trump yang memecah belah dan provokatif kembali menghantuinya.
“Retorika Trump ikut menciptakan masalah itu. Negara terbelah, khususnya dalam isu ras dan imigrasi. Ketika ia mengeluhkan segala hal mengenai imigrasi, ada orang-orang yang memanfaatkan peluang itu dan menyerang retorikanya,” ujarnya.
Ujian besar berikutnya dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat adalah pertengahan September mendatang sewaktu para kandidat yang lolos kualifikasi berkumpul di Houston, Texas, untuk melangsungkan debat ketiga. [ab/lt]