Para pemimpin dunia segera mengutuk serangan teroris terburuk di wilayah Perancis dalam puluhan tahun, setelah orang-orang bersenjata bertopeng menembak mati 12 orang di kantor sebuah koran mingguan Paris yang dikenal karena humor satirisnya.
Serangan Rabu (7/1) itu menewaskan pemimpin redaksi Charlie Hebdo, serta dua orang polisi. Para penyerang dengan cepat melarikan diri setelah penembakan massal yang dilakukan tengah hari tersebut.
Pihak berwenang Perancis kemudian mengenali mereka dalam penyelidikan dimana Amerika menawarkan bantuan penuhnya.
Presiden AS Barack Obama mengatakan Amerika Serikat mendukung rakyat Perancis setelah perbuatan keji ini.
Obama menyebutnya serangan terhadap kebebasan wartawan dan kebebasan pers. Ia mengatakan ini menunjukkan bagaimana bencinya teroris terhadap kebebasan ini.
Presiden Perancis Francois Hollande menyebut pembantaian itu “tidak diragukan lagi merupakan serangan teroris,” dan mengatakan beberapa serangan lain telah digagalkan di Perancis dalam beberapa minggu ini.
Perdana Menteri Italia Matteo Renzi memberi penghormatan kepada duta besar Perancis di Roma. Ia menyebut penembakan Paris itu serangan terhadap dunia bebas.
Sekjen PBB, Ban Ki-moon mengatakan kejahatan keji, tidak dapat dibenarkan dan berdarah dingin itu dimaksudkan untuk memecah belah, tetapi dunia tidak boleh terjerumus ke dalam perangkap ini.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan serangan itu memuakkan, sementara Kanselir Jerman Angela Merkel menyebutnya “terkutuk.”
Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyebut serangan itu “kekejian yang mengerikan,” tetapi mengatakan kejadian seperti itu diperkirakan bakal terjadi lagi karena militan Negara Islam (ISIS) telah menyatakan perang terhadap dunia.
Imam salah satu kota besar Perancis, Bordeaux, mendesak kaum Muslim agar turun ke jalan-jalan memrotes serangan Paris itu, menyebutnya “mendekati tindak perang.”
Tareq Oubrou mengatakan setelah pertemuan dengan Paus Fransiskus di Vatikan Rabu bahwa serangan terhadap Charlie Hebdo “sama dengan 11 September terhadap Amerika.”