Para pemimpin dunia telah sepakat untuk tidak memberikan dukungan militer lebih lanjut kepada pihak-pihak yang bertikai di Libya dan akan memberlakukan sanksi kepada mereka yang melanggar embargo senjata. Namun, tidak ada komitmen untuk menarik dukungan militer yang sudah ada.
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mewakili Amerika Serikat dalam KTT yang diadakan di ibukota Jerman, Berlin, itu pada hari Minggu. Ini merupakan upaya lain untuk mencapai perdamaian di negara yang terpecah itu, di mana Jenderal Khalifa Haftar menantang pemerintah di Tripoli yang didukung oleh PBB.
Pada akhir KTT untuk mendorong tercapainya upaya perdamaian di Libya, pada hari Minggu, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa semua peserta, termasuk pihak-pihak pemangku kepentingan dalam konflik Libya, telah sepakat bahwa perdamaian di Libya hanya dapat dicapai melalui pembicaraan, bukan penggunaan kekuatan militer.
“Kita harus memastikan bahwa semua pihak yang ada hubungannya dengan konflik berbicara dengan satu suara. Itu adalah tujuan konferensi hari ini, karena dengan demikian pihak-pihak di Libya juga akan memahami bahwa hanya ada satu jalan non-militer menuju solusi, dan kita telah mencapai hasil itu,” kata Angela Merkel.
BACA JUGA: Pemimpin Dunia Berkumpul di Jerman untuk Bahas Konflik di LibyaKTT itu diadakan setelah gencatan senjata sementara yang ditengahi oleh Rusia dan Turki seminggu yang lalu gagal. Jenderal Haftar yang kuat di Libya menguasai bagian timur negara itu dan didukung oleh Rusia, Mesir dan Uni Emirat Arab. Pemerintah di Tripoli, yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj didukung oleh PBB, Amerika Serikat, sebagian negara-negara anggota Uni Eropa dan Turki. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berterima kasih kepada Sarraj karena setuju untuk melakukan gencatan senjata dan mendesak Haftar agar melakukan hal yang sama.
“Supaya fase lain dari proses politik dan solusi dapat diimplementasikan, maka perlu bagi Haftar untuk mengakhiri sikap agresifnya,” jelas Recep Tayyip Erdogan.
Laporan-laporan berita mengatakan bahwa pasukan Haftar pada hari Sabtu memblokir ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan utama dan pada hari Minggu, ketika konferensi sedang berlangsung, mereka menutup jaringan pipa minyak di Libya. Minyak adalah salah satu sumber utama pendapatan Libya.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan rakyat Libya telah cukup menderita dalam apa yang disebutnya “konflik proksi.”
“Konflik proksi hanya berakhir ketika proksi eksternal memutuskan untuk mengakhirinya. Jadi, itulah yang dipersoalkan oleh Inggris. Kami katakan, lihat, ayolah teman-teman, konflik ini sudah berlangsung cukup lama. Ini memalukan. Ya, kita menyingkirkan Moammar Gaddafi pada tahun 2011, tetapi sekarang saatnya untuk bergerak maju dan menyatukan Libya di bawah PBB,” jelas Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Para pendukung kedua pihak di Libya melakukan aksi demonstrasi persis ketika berlangsung konferensi di Berlin tersebut. [lt/uh]