Banyak wisatawan Amerika membatalkan rencana perjalanan mereka ke Mesir karena perang Israel-Hamas.
Great Wonders of Egypt, perusahaan manajemen destinasi berbasis di Kairo yang mengkhususkan diri pada wisata budaya dan wisata petualangan, mengatakan lebih dari separuh wisatawan Amerika telah membatalkan perjalanan mereka pada bulan November dan Desember.
Intrepid Travel, yang melayani sejumlah besar wisatawan Amerika, mengalami peningkatan permintaan pembatalan tur di Mesir hingga tahun 2023 dengan sebagian besar memilih untuk memesan perjalanan ke tempat lain, kata seorang juru bicaranya.
Menurunnya jumlah wisatawan asing, termasuk dari Amerika, diakui Menteri Pariwisata Mesir Ahmed Issa. Namun ia menegaskan, penurunan itu umumnya untuk tujuan wisata Sinai Selatan, yang berbatasan dengan Gaza.
“Sejauh ini dampaknya paling dirasakan oleh para penyelenggara wisata di daerah tersebut. Namun secara keseluruhan, total reservasi perjalanan ke sana hanya 10 persen dari total reservasi pariwisata ke Mesir," jelasnya.
Ketika perang Israel-Hamas dimulai pada tanggal 7 Oktober, permintaan pembatalan Amerika datang dalam waktu dua minggu setelahnya tetapi tidak ada yang datang pada bulan November dan Desember, kata Basem Salah, salah satu pendiri dan direktur operasi Great Wonders of Egypt. Namun ketika perang meningkat, pembatalan untuk bulan-bulan berikutnya pun meningkat.
Operator kapal pesiar Norwegia Cruise Line dan Royal Caribbean baru-baru ini mengatakan kepada para investor bahwa telah terjadi perlambatan dalam pemesanan dan peningkatan pembatalan di kawasan Timur Tengah. Kedua perusahaan itu telah menghapus Israel dari rencana perjalanan mereka.
Pariwisata adalah sumber utama mata uang asing yang langka bagi Mesir, yang diperkirakan menghasilkan lebih dari $13 miliar tahun ini dan mencapai target 15 juta pengunjung.
Namun perusahaan pemeringkat kredit S&P Global memperingatkan pada hari Senin bahwa penurunan pariwisata akibat konflik dapat menyebabkan masalah yang signifikan bagi Mesir.
Dampaknya kemungkinan juga akan terasa di negara-negara seperti Lebanon dan Yordania, karena para pelancong menunda atau membatalkan liburan ke Timur Tengah dan Afrika Utara.
Meski demikian Issa yakin banyak wisatawan asing masih berkomitmen untuk mengunjungi Mesir. “Kami mendengar ketika masyarakat memahami situasi geopolitik dan bahwa situasi di resor-resor Laut Merah kami sangat berbeda dengan apa yang terjadi di wilayah konflik, kami melihat peningkatan signifikan. Prinsipnya, kini kembali ke tingkat normal, terutama untuk reservasi Desember hingga Februari," jelasnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Mesir kini menawarkan insentif tambahan sebesar $500 untuk setiap penerbangan yang mendarat di Sharm el-Sheikh, salah satu kota resor populer di Sinai Selatan dan bekerja sama dengan para pedagang grosir, pengecer, dan maskapai penerbangan untuk menawarkan diskon.
Sharm el-Sheikh, yang terletak sekitar 400 kilometer dari Gaza, merupakan salah satu destinasi wisata terpopuler di dunia. Kota ini menawarkan pantai yang memukau, kehidupan bawah laut yang spektakuler, serta berbagai atraksi dan aktivitas yang menarik bagi wisatawan. [ab/uh]