Partai Penguasa Turki Perluas Kontrol Atas Media

Dogan Media Center di Istanbul, Turki, 22 Maret 2018. Perusahaan media ini dilaporkan telah dijual ke Demiroren Holding, yang pemiliknya memiliki hubungan dekat dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Penjualan satu konglomerat media terbesar di Turki kepada seorang pengusaha pro-pemerintah dianggap memperkuat kontrol Partai AKP yang berkuasa atas media.

Penjualan itu terjadi pada saat parlemen, Kamis (22/3), meloloskan undang-undang yang memperluas kendali pemerintah atas internet, salah satu platform terakhir yang tersisa untuk pelaporan yang kritis dan independen.

Dogan Media Company, memiliki jaringan surat kabar dan saluran tv terkemuka. Perusahaan itu dilaporkan dijual kepada Demiroren Holding, yang dimiliki oleh Erdogan Demiroren. Demiroren punya hubungan dekat dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

"Demiroren mungkin akan memperlakukan media Dogan seperti yang dilakukannya ketika ia membeli surat kabar independen Milliyet dan Vatan, dan mengubahnya menjadi corong pemerintah," kata analis Atilla Yesilada dari Global Source Partners. "Dengan penjualan ini, tidak ada yang tersisa di media arus utama bagi orang-orang yang mencari informasi independen, masa itu sekarang sudah berakhir di media Turki."

"Proses penyatuan industri media Turki pada satu tangan sesuai dengan model Putin sudah rampung," kata Kadri Gursel, seorang jurnalis Turki terkemuka, dalam cuitan di Twitter.

Penjualan Dogan Media mengakhiri pertikaian yang berkepanjangan antara pemiliknya, Aydin Dogan dan Presiden Erdogan.

Selama beberapa dekade, Dogan adalah taipan media paling berpengaruh di Turki. Pengamat mengatakan, dengan sebagian besar media Turki berangsur-angsur berada di bawah kendali langsung atau tidak langsung partai AKP yang berkuasa, media Dogan bertahan sebagai salah satu sumber terakhir pelaporan independen, kata pengamat.

Pada 2009, koran Hurriyet Dogan memprovokasi Erdogan dengan laporan mengenai pengadilan Jerman yang mengaitkan pejabat penting Partai AKP dengan penipuan amal. Tak lama setelah itu, otoritas pajak mendenda perusahaan media itu miliaran dolar yang hampir membuatnya bangkrut. [my/ds]