Pasar Saham Amerika Serikat Naik Tipis di Tengah Harapan Penurunan Suku Bunga Lebih Lanjut

FILE - Suasana perdagangan saham di lantai Bursa Efek New York, Rabu, 18 September 2024. (Richard Drew/AP)

Pasar saham di Amerika Serikat dan Eropa menguat tipis, Senin (23/9) karena para investor terpecah antara harapan penurunan suku bunga lebih lanjut atau data ekonomi zona euro yang lemah.

Pasar saham menguat pekan lalu setelah Federal Reserve AS (The Fed) mengumumkan penurunan suku bunga yang besar, pertama sejak tahun 2020, karena inflasi melambat.

“Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut menjadi faktor pendorongnya,” kata Patrick O'Hare, analis di Briefing.com.

Namun, ia melihat adanya apresiasi terhadap kemungkinan bahwa pasar yang diperdagangkan dengan valuasi yang tinggi dapat mengalami periode konsolidasi (datar).

Pengukur inflasi yang lebih disukai The Fed, yaitu indeks pengeluaran konsumsi pribadi yang akan dirilis pada Jumat (27/9) ini, bisa memperjelas pergerakan suku bunga berikutnya.

BACA JUGA: Bunga KPR AS Mungkin Turun pasca The Fed Pangkas Suku Bunga

Pasar saham Eropa menguat pada Senin (22/9), meskipun data menunjukkan aktivitas bisnis zona euro menurun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada bulan September setelah adanya peningkatan pada musim panas berkat Olimpiade Paris.

“Ada keraguan besar mengenai kesehatan ekonomi zona euro,” kata David Morrison, analis di Trade Nation.

Euro jatuh terhadap dolar karena data Eropa yang lemah menunjukkan bahwa suku bunga Eropa dapat turun lebih banyak daripada suku bunga trans-Atlantik.

Di Asia, pasar saham Shanghai menguat karena bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman 14 hari, yang meningkatkan harapan bahwa akan ada lebih banyak upaya untuk mendorong pertumbuhan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Namun, data lainnya menunjukkan bahwa ekonomi China masih lemah. Pengangguran di kalangan muda di China mencapai level tertinggi tahun ini, sementara pemerintahnya kesulitan untuk mendorong pertumbuhan, terutama untuk sektor properti yang bermasalah.

Terkait komoditas, harga minyak mentah naik tipis akibat adanya kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah setelah serangan tentara Israel di Lebanon pada hari Senin (22/9), yang melebihi kekhawatiran akan perlambatan permintaan dari China.

Emas berada di kisaran rekor tertinggi (sekitar $2.650) pascapenurunan suku bunga The Fed, yang membuat logam mulia itu lebih menarik bagi para trader, dan karena adanya kekhawatiran isu geopolitik. [br/jm]