Tren perebakan lokal ini menjadi kekhawatiran khusus karena bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat umum sehari-hari. 18 kasus baru ditemukan di kalangan pedagang pasar di kota Denpasar, Bali dan hal ini menyebabkan pemerintah daerah berjuang mengatasi perebakan dan menerapkan langkah-langkah penutupan kegiatan masyarakat.
Setelah temuan kasus covid di Pasar Raya di kota Padang dan Pasar Cileungsi, di Bogor, hari Rabu 10 Juni 2020, pemerintah kota Denpasar, Bali menemukan 18 pedagang pasar Kumbasari terjangkit Covid 19.
Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Mantra menjelaskan temuan kasus baru ini berasal kasus positif yang menimpa pedagang sebelumnya, namun tidak menunjukkan gejala covid. Temuan ini menyebabkan pemerintah kota mengambil langkah pencegahan lebih luas.
"Untuk sementara pasar Kumbasari ditutup, dibersihkan, disterilkan dan pedagang-pedagang itu kita harap untuk melakukan isolasi dulu, dan mematuhi diri tentang protokol kesehatan," tukasnya.
Pasar Kumbasari yang terletak di jantung kota Denpasar, lokasinya juga berdekatan dengan pasar-pasar tradisonal lainnya, seperti Pasar Meregan, Pasar Agung, Pasar Cokro, Pasar Badung.
Lokasi perebakan ini membuat masyarakat cemas, terlebih para pedagang lainnya, seperti Luh Mas Sumartini, penjual daging sapi di Pasar Badung yang terletak persis di seberang Pasar Kumbasari.
"Pasar Kumbasari di sebelah barat Pasar Badung, itu pedagang ikannya banyak yang kena. Kayaknya dari pedagang ikannya itu. Keadaan sepi semua tutup, supplier semua tutup, Kuta tutup, Sanur tutup," tuturnya.
BACA JUGA: Jokowi: Waspadai Kemungkinan Gelombang Dua Covid-19Pemerintah daerah melakukan penutupan pasar selama lima hari. Walikota Denpasar Rai Mantra mengatakan keputusan itu didasarkan atas sifat perebakan yang dinilai non reaktif, dan akan dibarengi pengawalan ketat protokol kesehatan bekerja sama dengan satgas pemda, sesuai wilayah kerja dan instansi masing-masing.
Rai Mantra mengakui kluster perebakan virus corona di wilayahnya, yang terbesar saat ini terjadi di pasar tradisional dan melibatkan perebakan dari wilayah lain.
"Kluster terbesar itu pasar, p asar ini memang karena ada transfer logistik dan segala macam itu dari luar Pulau Bali karena pedagang ikan kan banyak datang dari Jawa Timur," tambahnya.
Situasi perebakan lokal ini menyebabkan kota dan pemda Bali berhati-hati dalam menerapkan situasi “new normal” demikian pula di sektor pariwisata.
"Kami belum sepenuhnya bisa bertransformasi ke "new normal", karena mengingat tingkat reproduksi masih di atas satu sehingga masih diperlukan tingkat kedispilinan kesehatan dan kepatuhan, kalau pariwisata belum dibuka karena masalah kepatuhan-kepatuhan tadi," ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Tren perebakan di pasar-pasar tradisional ini menjadi tugas baru bagi pemerintah daerah dan pusat karena akan berimbas lintas sektoral dan lintas wilayah. Yang menjadi kekhawatiran utama adalah dampaknya yang luas bagi masyarakat umum.
Hingga Kamis 11 Juni 2020, dari sekitar 35 ribu kasus COVID 19 di Indonesia, Bali mengkonfirmasi 659 kasus. [my/jm]