Dalam Misa Minggu Palma, yang untuk kedua kali tidak dihadiri jemaat karena pandemi virus corona, Paus Fransiskus menyampaikan beberapa pesan dan doa, terutama untuk korban ledakan bom di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Mari kita berdoa bagi seluruh korban aksi kekerasan, terutama korban serangan di depan Gereja Katedral di Makassar, Indonesia. Semoga Bunda Maria, yang senantiasa memandu kita di jalan iman, membantu kita," kata Paus.
BACA JUGA: Dalam Misa Minggu Palma, Paus Serukan agar Umat Ingat Kaum TertindasMisa Minggu Palma biasanya dipimpin Paus dengan prosesi di Lapangan Santo Petrus di hadapan puluhan ribu jemaat dan wisatawan yang memegang ranting zaitun dan pohon palem yang disatukan, sebelum merayakan misa di luar ruangan. Namun, seperti yang dilakukan Paus pada musim semi 2020, hanya beberapa minggu setelah pandemi virus corona merebak di Italia, Paus memimpin kebaktian Misa Minggu Palma di dalam Basilika Santo Petrus.
Italia adalah negara pertama di Barat yang dilanda virus mematikan itu.
Korban Luka 20 Orang
Sedikitnya 20 orang luka-luka terkena serpihan bom dalam insiden ledakan bom bunuh diri yang terjadi di depan gerbang Gereja Katedral di Jalan Kartini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) pagi. Polisi menduga ledakan dilakukan oleh dua orang, tetapi masih melakukan penyelidikan di lapangan bersama Densus 88 Antiteror.
Ketika mengunjungi lokasi ledakan pada Minggu (28/3) malam, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan polisi telah menangkap empat orang yang diduga terlibat aksi bom bunuh diri itu. Mereka diduga bagian dari Jamaah Ansharut Daulat (JAD) Sulawesi Selatan.
BACA JUGA: Korban Luka Akibat Serangan Bom Makassar Menjadi 20 Orang“Hari ini kita sudah amankan sekitar empat orang di wilayah Bima, yang tentunya kita amankan karena terkait dengan kelompok teror,” ujarnya kepada wartawan.
Keterlibatan JAD
Tiga pakar intelijen dan terorisme yang diwawancarai VOA secara terpisah sebelumnya sudah mengindikasikan keterlibatan JAD dalam ledakan bom di Makassar.
“Diduga kuat, pelaku terkait dengan jaringan JAD yang cenderung melakukan aksi amatiran dibandingkan dengan jaringan Jemaah Islamiah yang lebih rapi dan terarah,” ujar Noor Huda Ismail, visiting fellow di S. Rajaratnam Institute of International Studies, Nanyang Technological University of Singapore saat dihubungi melalui telEpon.
Hal senada disampaikan pakar terorisme di Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta.
“Dilihat dari karakteristik dan model aksinya, kemungkinan besar pelaku berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah. Model ini sama dengan aksi di Gereja Surabaya pada Mei 2018 dan Polrestabes Medan pada November 2019,” ujarnya.
BACA JUGA: Tiga Pakar Terorisme Duga JAD Pelaku Pemboman di MakassarPakar terorisme lainnya, Al Chaidar, yang kini sedang melakukan penelitian di Belanda, juga menyampaikan hal serupa.
“Pelakunya suami istri,” ujarnya melalui telepon, dan meminta merahasiakan sumber informasi yang merinci hal itu. “Ini ciri khas utama mereka. Sama seperti bom di Surabaya tahun 2018, juga bom di Sibolga tahun 2019."
Menurut Al Chaidar, pelaku ingin balas dendam atas dua teman mereka yang ditembak polisi di Makassar Januari lalu. Pada awal Februari, lanjutnya, juga ada 26 orang ditangkap, termasuk dua ditembak.
"Semua dari jaringan JAD Makassar,” tambahnya. [em/ft]