Sementara orang-orang lari pagi di dekat Kanal Saint Martin, yang diserang militan Islamis tahun lalu, Antoine Karegis dan keluarganya hari Minggu berkumpul di Place de la Republique untuk mengenang para korban serangan teroris tahun lalu.
Karegis, yangn tinggal tidak jauh dari situ mengatakan, “Seperti banyak orang lainnya, kami juga terkena dampak serangan itu.”
Keluarga Karegis bergabung dengan ribuan orang lainnya yang menghadiri upacara pada pagi hari yang menandai satu tahun setelah demonstrasi besar-besaran menentang terorisme di lapangan yang ikonik itu, menyusul penembakkan bulan Januari yang menarget kantor surat kabar Charlie Hebdo dan sebuah toko pangan Yahudi.
Tetapi jumlah warga yang hadir sangat rendah dibandingkan 1,6 juta orang, termasuk banyak pemimpin dunia, yang memadati lapangan itu dan jalan-jalan kota dalam demonstrasi besar-besaran menentang ekstremisme Islamis tepat setahun lalu.
Di bawah langit kelabu, Presiden Perancis Francois Hollande meresmikan sebuah plakat dekat sebuah pohon oak yang baru ditanam untuk mengenang 17 korban dalam serangan Januari lalu, serta 130 lainnya yang tewas dalam penembakkan dan pemboman pada bulan November.
Acara hari Minggu itu merupakan puncak dari kegiatan selama seminggu yang berupa upacara penghormatan, debat dan malam peringatan untuk mengenang tahun 2015 yang kelam.
Pada 7 Januari tahun lalu, kakak beradik Cherif dan Said Kouachi menyerbu kantor surat kabar satir mingguan Charlie Hebdo, menembak 11 orang, serta seorang polisi di luarnya. Seorang polisi lain dibunuh keesokan harinya oleh penyerang ketiga, Amedy Coulibaly, yang kemudian membunuh empat lainnya di sebuah toko Yahudi.
Tahun 2015 berakhir dengan gelombang penembakkan dan pemboman pada 13 November yang menarget bar-bar, restoran-restoran dan sebuah stadion bola di sekitar ibukota Perancis. Sedikitnya seorang tersangka utama masih buron.
Menyusul upacara penghormatan di Republique, Hollande mengunjungi Masjid Besar Paris, yang seperti ratusan lainnya di negara itu, membuka pintunya sepanjang akhir pekan untuk membangun jembatan dan melawan sentimen anti-Muslim yang kian meningkat.
Sementara upacara pekan ini bertujuan untuk menutup tahun yang gelap, ancaman terorisme tetap tinggi, kata para pakar. Menekankan peringatan mereka, polisi hari Kamis menembak mati seorang laki-laki yang berupaya menyerang sebuah kantor polisi sambil membawa pisau daging, bahan peledak palsu dan sepucuk surat yang menyatakan setia kepada kelompok ISIS.
Sementara itu, keadaan darurat tetap diterapkan di seluruh Perancis. Pemerintah sedang mempertimbangkan apakah akan memperpanjangnya dan mencantumkannya ke dalam konstitusi. Parlemen Perancis diperkirakan akan memperdebatkan isu tersebut dan upaya keamanan baru lain bulan depan, termasuk usulan yang sangat kontroversial untuk menghapuskan kewarganegaraan Perancis yang dimiliki para teroris dengan kewarganegaraan ganda. [vm/al]