“Gelombang tsunami kebencian” muncul di berbagai penjuru dunia sementara jumlah kasus COVID-19 global melampaui 3,8 juta, kata Sekjen PBB Antonio Guterres.
Guterres menyerukan kampanye di seantero dunia “untuk mengakhiri ujaran kebencian secara global.”
Sementara itu, sebuah panel PBB telah memperingatkan pemerintah negara-negara bahwa pandemi virus corona bukan alasan untuk merampas kebebasan seseorang secara tidak sah.
Kelompok Kerja bagi Penahanan Sewenang-wenang dalam pernyataan hari Jumat (8/5) mengemukakan, “Pemberlakuan karantina wajib, di mana seseorang tidak dapat pergi dengan alasan apa pun, dalam konteks darurat kesehatan masyarakat secara de facto merupakan perampasan kebebasan dan perlindungan dari kesewenang-wenangan harus diawasi dengan ketat.”
Pandemi di Iran dan Australia
Gempa di Iran telah menjadi pukulan bagi upaya keras Iran memberantas virus corona. Ribuan orang turun ke jalan-jalan ibu kota, Teheran, pada Jumat pagi (8/5), tanpa menjalankan langkah-langkah social distancing yang dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus. Sedikitnya dua orang dilaporkan tewas dalam gempa pagi hari di ibu kota.
BACA JUGA: TV Iran Perlihatkan Jemaah di Masjid Tidak Kenakan MaskerAustralia, Jumat (8/5) mengumumkan rencana tiga langkah bagi pembukaan kembali secara bertahap, setelah melakukan penutupan aktivitas guna menghentikan penyebaran virus.
BACA JUGA: Australia-Selandia Baru akan Cabut Pembatasan PerjalananTes COVID untuk Trump dan Pence
Sementara negara bagian-negara bagian di AS terus berjuang untuk mendapatkan perangkat tes COVID -19 untuk warga mereka, Gedung Putih mengumumkan bahwa presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Mike Pence sekarang akan dites setiap hari setelah seorang ajudan presiden ternyata positif terjangkit virus. Sebelum ajudan tersebut jatuh sakit, kedua pemimpin AS itu dites satu sekali seminggu.
BACA JUGA: Ajudan Trump Positif Virus CoronaAS hari Jumat (8/5) bersiap merilis angka-angka pengangguran resmi dari pemerintah. Para ekonom berspekulasi angka-angka tersebut bisa setinggi 16 persen, setelah jutaan orang kehilangan pekerjaan menyusul perebakan wabah virus corona.
Prediksi kasus di Afrika
Hingga 44 juta orang di Afrika dapat terjangkit virus corona dan 190 ribu akan meninggal jika virus itu tidak dibendung, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Suatu laporan baru WHO meninjau 47 negara di benua Afrika. Laporan itu menyebutkan meskipun laju penularan di Afrika akan lebih lambat daripada di bagian-bagian lain dunia selama tahun pertama pandemi, COVID-19 di Afrika dapat “membara” untuk jangka lama di tempat-tempat yang dalam laporan itu disebut sebagai hot spots.
BACA JUGA: PBB Imbau 1 Miliar Dolar untuk Bantu Negara-Negara Termiskin Atasi Wabah Corona“COVID-19 dapat menjadi bagian dalam kehidupan kita selama beberapa tahun mendatang kecuali jika ada pendekatan proaktif yang diambil banyak negara di kawasan,” kata Dr. Matshidiso Moeti, direktur WHO untuk kawasan Afrika. “Kita perlu melakukan tes, melacak, mengisolasi dan merawat.”
Jika sedikit atau sama sekali tidak ada yang dilakukan, ujar Moeti, kapasitas medis di seantero Afrika akan “kewalahan” dan menambahkan bahwa membendung wabah berskala besar jauh lebih mahal daripada melakukan langkah-langkah pencegahan yang sekarang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus.
Sekjen PBB imbau bantuan tambahan
Sekjen PBB Guterres mengatakan PBB meningkatkan permintaan bantuan hingga miliaran dolar untuk menolong negara-negara termiskin di dunia dalam memerangi virus corona. Hari Kamis (7/5) ia mengatakan perlu menggalang dana 6,7 miliar dolar.
Bank Dunia, Kamis (7/5) menyetujui 506 juta dolar pinjaman darurat untuk Ekuador, salah satu negara yang menghadapi dampak terburuk wabah di Amerika Selatan. Persetujuan itu dikeluarkan hanya beberapa hari setelah Dana Moneter Internasional memberi dukungan bantuan 643 juta dolar untuk Ekuador.
BACA JUGA: Pandemi Corona Kacaukan Ekonomi, Defisit di Amerika MelonjakDirektur Institut Kesehatan Nasional AS Francis Collin mengatakan kepada sebuah komite di Senat pada hari Kamis bahwa lembaga itu bekerja sama dengan industri swasta untuk membuat dan membagikan teknologi yang ia katakan dapat mengetes jutaan orang per minggu pada akhir musim panas ini, sebelum musim flu dimulai.
Sebagian pakar kesehatan mengatakan apabila wabah virus corona belum reda pada awal musim flu, atau apabila ada gelombang kedua COVID-19, ini akan menjadi tantangan luar biasa besar bagi sistem kesehatan.
Para pakar itu juga menyatakan AS mungkin perlu melakukan satu juta tes setiap hari untuk dapat membendung penyebaran virus itu. [uh/ab]