PBB: Produksi Kokain dan Opium Global Sentuh Rekor Tertinggi

ARSIP - Paramedis dari Cataldo Ambulance dan petugas P3K berusaha untuk menyadarkan seorang pria berusia 32 tahun yang ditemukan tidak sadar dan tidak bernafas setelah mengalami overdosis opioid di trotoar pinggiran kota Boston yaitu di Everett, Massachusetts, AS, 23 Agustus 2017 (foto: Reuters/Brian Snyder)

Sebuah laporan PBB memperingatkan produksi kokain dan opium global telah memecahkan rekor tertinggi seiring dengan berkembangnya pasar untuk kokain, opium, dan obat-obatan ilegal lainnya.

Dalam Laporan Narkoba Dunia 2018, Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan menemukan produksi opium global melonjak 65 persen menjadi 10.500 ton dari tahun 2016 ke tahun 2017, dan sepanjang tahun 2016 lebih dari 1.400 ton kokain diproduksi secara global, tingkat tertinggi yang pernah tercatat.

Laporan itu menyatakan sebagian besar kokain dunia bersumber dari Kolombia dan dijual di Amerika Utara. Laporan itu juga menyatakan Afrika dan Asia menjadi pusat perdagangan dan konsumsi yang baru. Laporan itu menyatakan opium terutama diproduksi di Afghanistan dan dikirimkan lewat apa yang disebut rute Balkan ke Turki dan Eropa Barat.

Direktur Divisi Operasi dari Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, Miwa Kato, menyatakan kepada VOA meningkatnya krisis opioid, yaitu konsumsi obat-obat dengan resep untuk penggunaan non-medis, menjadi ancaman besar bagi kesehatan publik dan penegakan hukum di seluruh dunia.

“Sekarang tiga perempat dari kematian terkait kecanduan di seluruh dunia terkait dengan krisis opiod. Krisis ini menjadi keprihatinan yang semakin meluas baik dalam konteks seperti konteks Amerika Utara dimana kebanyakan perhatian media dicurahkan, namun juga sebagian besar di Afrika dan sebagian Asia, dimana kami juga menjumpai permasalahan serupa,” ujar Miwa Kato.

Laporan tersebut menemukan 275 juta orang dalam rentang usia 15 hingga 64 tahun menggunakan obat-obatan ilegal setidaknya sekali tahun lalu dan hampir 500.000 orang pencandu narkoba telah kehilangan nyawanya. Kato mengatakan data yang disajikan sifatnya sangat konservatif dan angka pengguna dan kematian yang sesungguhnya bisa jadi jauh lebih tinggi.

Laporan tersebut menyatakan ganja adalah narkoba yang paling banyak dikonsumsi tahun 2016. Menurut laporan itu masih terlalu dini untuk mengetahui dampak dari legalisasi penggunaan ganja untuk keperluan rekreasi.

Namun laporan dan data dari Colorado sebagai salah satu negara bagian pertama yang melegalisasi penggunaan mariyuana, menunjukkan adanya peningkatan jumlah orang yang dibawa ke IGD akibat mabuk mariyuana dan meningkatnya kecelakaan lalu-lintas dan kematian yang terkait dengannya. [ww]