Pedoman Pemerintah Federal AS Soal Virus Corona Dihapus Bertahap

Ambulans berjajar di pintu emergency Rumah Sakit Mount Sinai di Manhattan, New York di tengah pandemi virus corona, 13 April 2020. (Foto: Reuters)

Pemerintahan presiden AS Donald Trump tidak berencana memperpanjang pedoman federal mengenai social distancing terkait wabah virus corona yang berakhir hari Kamis (30/4), dan malah berfokus pada upaya-upayanya bekerja dengan negara-negara bagian mengenai rencana membuka kembali negara ini.

Gubernur masing-masing negara bagian menentukan kapan dan seberapa cepat pelonggaran restriksi terhadap bisnis nonesensial dan pertemuan berkelompok serta seruan agar warga tinggal di rumah.

Trump, Rabu (30/4) mengatakan pedoman federal yang pertama kali dikeluarkan pada pertengahan Maret itu akan “dihapus bertahap,” sementara pemerintahannya berkonsultasi dengan para gubernur mengenai rencana mereka.

BACA JUGA: Beberapa Negara Bagian di AS Buka Kembali Bisnis

Para pejabat kesehatan telah memperingatkan agar tidak melangkah terlalu cepat ke arah situasi “kembali normal” yang diinginkan Trump, dengan mengatakan tindakan terlalu cepat berisiko menimbulkan gelombang baru penularan.

Banyak negara bagian yang telah mulai mengizinkan lebih banyak lagi bisnis yang beroperasi dengan menerapkan pedoman social distancing seperti memberi jarak tambahan antara meja di restoran, sementara yang lainnya mengumumkan rencana untuk mulai melonggarkan perintah lockdown dalam beberapa pekan mendatang.

BACA JUGA: Semakin Banyak Negara Bagian di AS Longgarkan Pembatasan Terkait Virus Corona

Gubernur California Gavin Newsom akan mengeluarkan perintah agar pantai-pantai dan taman-taman ditutup pada hari Jumat (1/5), setelah puluhan ribu orang membangkang perintah tetap tinggal di rumah akhir pekan lalu.

Newsom mengatakan ia hanya akan mempertimbangkan pelonggaran restriksi di seluruh negara bagian itu apabila angka-angka patokan tercapai, seperti menurunnya jumlah kasus selama dua minggu dan ketersediaan tes yang meluas agar para pejabat dapat dengan cepat mengisolasi orang yang terjangkit virus itu dan mengetes mereka yang termasuk kontak dekatnya.

BACA JUGA: Jutaan Warga AS Tak Terjamah Tunjangan Pengangguran

Wali kota Los Angeles Eric Garcetti, Rabu (29/4) mengatakan kota itu meluaskan tempat-tempat tes untuk menerima siapa pun yang ingin melakukan tes.

“Kalau Anda mengira terjangkit COVID-19, ingin memastikan bahwa Anda tidak terjangkit, Anda sebelumnya berada di sekitar orang-orang yang Anda lihat memiliki gejala-gejalanya, lakukan tes. Kami dapat melakukan itu,” kata Garcetti.

Rencana pelonggaran di negara lain

Diskusi mengenai pelonggaran perintah lockdown berlangsung di banyak negara lainnya, termasuk Jepang, di mana PM Shinzo Abe hari Kamis (29/4) mengatakan pemerintahannya sedang berkonsultasi dengan para pakar mengenai apakah akan memperpanjang situasi darurat yang akan berakhir pekan depan.

Jepang memiliki sekitar 14 ribu kasus terkonfirmasi dan Abe mengatakan situasi di sana masih “serius.”

BACA JUGA: Olimpiade Tokyo Terancam Batal Jika Pandemi Corona Terus Berlanjut

Finlandia adalah negara terbaru di Eropa yang akan mengumumkan rencana membuka kembali sekolah-sekolah. Mulai 14 Mei, para siswa akan kembali bersekolah dengan beberapa peraturan baru, di antaranya lebih sedikit siswa dalam satu kelas dan menghindari berkelompok di daerah umum.

Meskipun beberapa bagian di dunia berfokus untuk keluar dari kondisi terburuk akibat wabah virus corona, masih ada kekhawatiran besar mengenai beberapa bagian dunia lainnya yang baru saja menghadapi dampak terburuk, khususnya daerah yang sebelumnya sudah dilanda konflik.

BACA JUGA: Jumlah Kematian Akibat Covid-19 di Inggris Tertinggi Ketiga di Dunia

Kepala badan kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengatakan kepada Dewan Keamanan ada 44 kasus terkonfirmasi dan empat kematian di Suriah, negara yang ia katakan tidak bisa diharapkan “akan mengatasi krisis yang bahkan oleh negara-negara terkaya sekali pun dianggap berat.”

Di Yaman, para pejabat kesehatan melaporkan dua kematian pertama akibat virus corona serta satu klister kasus baru di Aden, kota pelabuhan di bagian selatan, yang menjadi fokus dalam perang saudara lima tahun ini.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 3,2 juta pada hari Kamis dengan 227 ribu kematian. [uh/ab]