Pejabat Demokrat dan Para Donor Dukung Kamala Harris Setelah Biden Mundur

Wakil Presiden AS Kamala Harris memberikan pernyataan usai mengunjungi acara vaksinasi di Pusat Komunitas Phillis Wheatley, Greenville, Carolina Selatan pada 14 Juni 2021. (Foto: AFP)

Momentum tampak berpihak pada Wakil Presiden AS Kamala Harris, Senin (22/7). Dukungan dari anggota legislatif Partai Demokrat, gubernur, dan donatur semakin mengalir. Mereka menginginkan Harris menjadi calon presiden Partai Demokrat dalam pemilihan November menyusul keputusan Presiden Joe Biden untuk mundur dari bursa pencalonan presiden.

Biden, setelah mengumumkan penarikan dirinya yang mengejutkan, Minggu (21/7), menyatakan dukungannya terhadap Harris untuk berhadapan dengan mantan Presiden Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik.

Harris, yang berusia 59 tahun, segera mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri. Pada 2020, ketika ia masih menjabat sebagai senator dari California, negara bagian dengan jumlah penduduk terbesar di AS, Biden memilihnya sebagai wakil presiden setelah usaha Harris untuk menantang Biden dan kandidat utama lainnya gagal.

Peringkat dukungan terhadap Harris dalam survei nasional pada umumnya sejalan dengan peringkat presiden. Namun beberapa survei terhadap calon pemilih menunjukkan bahwa posisi Harris sedikit lebih unggul dibandingkan Biden melawan Trump. Dan dalam beberapa jajak pendapat, ia bahkan berhasil mengungguli Trump.

Harris dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Biden, dengan menarik diri dari pencalonan melawan Trump, “melakukan apa yang telah dia lakukan sepanjang masa pengabdiannya: menempatkan rakyat Amerika dan negara kita di atas segalanya.”

“Saya akan melakukan sekuat tenaga saya untuk menyatukan Partai Demokrat – dan mempersatukan bangsa kita – untuk mengalahkan Donald Trump,” katanya. “Kita punya waktu 107 hari menjelang Hari Pemilihan. Bersama-sama, kita akan berjuang. Dan bersama-sama, kita akan menang.”

ActBlue, platform penggalangan dana Partai Demokrat terkemuka, Minggu (21/7) malam mengatakan bahwa mereka berhasil mengumpulkan $46,7 juta dalam bentuk donasi kecil untuk kampanye Harris pada Minggu saja. Angka ini berbeda jauh dari penurunan dukungan yang dialami Biden dalam beberapa minggu terakhir, terutama di kalangan donatur utama, setelah penampilannya dalam debat melawan Trump pada akhir Juni.

Asosiasi Komite Demokratik Negara Bagian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “mayoritas” pemimpin partai di negara bagian mendukung Harris sebagai calon dari partai tersebut, dan beberapa di antaranya memilih abstain karena alasan prosedural.

Harris juga memperoleh banyak dukungan pada Minggu yang mencakup setidaknya satu anggota Kabinet Biden, Menteri Transportasi Pete Buttigieg. Ia menegaskan akan melakukan “apa pun” untuk membantu Harris dalam pemilihan ini.

BACA JUGA: Kamala Harris Diproyeksikan Lebih Tegas terhadap Israel, tapi Konsisten pada NATO

Jika Harris disetujui Partai Demokrat untuk menggantikan Biden, ia akan menjadi calon presiden dari partai besar pertama yang merupakan perempuan kulit hitam dan keturunan Asia Selatan dalam sejarah 248 tahun Amerika Serikat.

Pengumuman Biden pada Minggu (21/7) tersebut terjadi menyusul seruan yang meningkat di Partai Demokrat yang mendesaknya untuk “menyerahkan tongkat estafet” di tengah menurunnya angka jajak pendapat nasional dan kekhawatiran yang muncul dari kinerja debatnya. Selama debat, presiden berusia 81 tahun itu sering kali tampak kehilangan fokus, gagal mengajukan argumennya melawan Trump yang berusia 78 tahun, atau gagal membela masa jabatannya di Gedung Putih.

Biden tetap bertahan, bersikeras bahwa dia tidak akan mundur dari pencalonan kecuali “Tuhan Yang Mahakuasa” memintanya atau jika hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa dia tidak dapat mengalahkan Trump untuk kedua kalinya atau disarankan oleh dokternya bahwa dia secara fisik tidak dapat melanjutkan.

“Saya yakin ini demi kepentingan terbaik partai dan negara saya jika saya mundur dan hanya fokus memenuhi tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan saya,” katanya dalam sebuah pernyataan pada Minggu. Masa jabatannya berakhir pada Januari 2025.

Biden mengatakan dia berencana menyampaikan keputusan tersebut kepada masyarakat pada akhir pekan ini.

BACA JUGA: Trump dan Vance Mencemooh Biden dan Harris 

Trump menanggapi pengumuman tersebut dengan menyerang Biden dan Harris. “Joe Biden tidak layak untuk mencalonkan diri sebagai Presiden, dan tentu saja tidak layak untuk menjabat – Dan tidak pernah (layak)!,” Trump memposting di media sosial, menambahkan bahwa Harris sama buruknya dengan Biden.

“Harris akan lebih mudah dikalahkan dibandingkan Joe Biden,” kata Trump kepada CNN.

Banyak anggota Partai Republik bereaksi dengan menyerukan agar Biden mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Mike Johnson, yang berada di urutan kedua dalam garis suksesi presiden setelah Harris, meminta Biden untuk mundur. Ia menyatakan bahwa jika Biden tidak layak untuk melanjutkan pencalonannya untuk masa jabatan empat tahun lagi, maka dia juga tidak layak untuk tetap menjabat sebagai presiden hingga 20 Januari.

Jika Biden mengundurkan diri, Harris akan segera diambil sumpahnya sebagai presiden, setidaknya hingga pelantikan pemenang pilpres nanti.

BACA JUGA: Siapa Politisi Demokrat yang Bisa Gantikan Biden sebagai Capres?

Nama-nama tokoh Demokrat terkemuka lainnya telah diajukan sebagai kandidat potensial selain Harris, termasuk beberapa gubernur negara bagian: Gretchen Whitmer dari Michigan, Josh Shapiro dari Pennsylvania, J.B. Pritzker dari Illinois dan Gavin Newsom dari California. Shapiro dan Newsom mendukung Harris pada Minggu.

Mantan Presiden Bill Clinton dan Hillary Clinton, yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di bawah Presiden Barack Obama, mendukung Harris dalam sebuah pernyataan. Obama, yang menjabat wakil presiden Biden selama delapan tahun, berterima kasih kepada Biden atas patriotismenya. Namun, ia tidak menyebutkan apakah dia mendukung Harris atau calon pesaing lainnya.

Media melaporkan dari sejumlah sumber bahwa beberapa jam setelah pengunduran diri Biden, Senator Joe Manchin dari West Virginia --yang sekarang menjadi independen -- mempertimbangkan untuk kembali bergabung dengan Partai Demokrat guna mencoba menggantikan presiden sebagai calon utama partai.

Ada dua cara bagi Partai Demokrat untuk menggantikan Biden sebagai calon utama partai. Salah satunya adalah pemungutan suara virtual di antara delegasi Konvensi Nasional Partai Demokrat bulan depan di Chicago yang akan menentukan calon baru pada awal Agustus. Kemungkinan proses ini akan menguntungkan Harris, menghindari konflik pada konvensi 19-22 Agustus di depan pemirsa televisi nasional.

BACA JUGA: Apakah Kamala Harris Otomatis Jadi Calon Presiden Setelah Biden Mundur?

Cara lain yang bisa dilakukan Partai Demokrat untuk memilih calon baru adalah melalui konvensi “terbuka” di mana beberapa kandidat, termasuk Harris, akan mencalonkan diri sebagai calon presiden. Ini adalah sebuah skenario yang belum pernah dilakukan partai tersebut sejak 1968, ketika Presiden Lyndon Johnson membatalkan rencananya untuk mencalonkan diri kembali dalam menghadapi penentangan luas terhadap cara dia menangani perang Amerika melawan Vietnam Utara.

Beberapa anggota Partai Demokrat menyarankan partainya segera mengadakan “mini primary” untuk memungkinkan Harris dan siapa pun bersaing secara terbuka.

"Mini primary" adalah pemilihan pendahuluan untuk menentukan calon presiden dari partai.

Biden tidak memiliki acara publik yang terjadwal pada Senin. Gedung Putih mengatakan rincian jadwalnya untuk sisa minggu ini akan segera diumumkan. Biden dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung, menurut para pejabat Israel. [es/ah]

Beberapa informasi untuk artikel ini berasal dari The Associated Press dan Reuters.