Pekan Depan, AS dan China akan Teken Tahap Pertama Kesapakatan Dagang

Bendera AS dan China terpasang di depan sebuah hotel di Beijing, China, 4 Februari 2010. (Foto: Reuters/Ilustrasi)

China mengatakan, Kamis (9/1/2020), Wakil Perdana Menteri Liu He akan berangkat ke Washington D.C. pekan depan guna menandatangani perjanjian dagang “tahap pertama” dengan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu telah menurunkan ketegangan perdagangan antara kedua negara.

Penandatanganan perjanjian itu akan mengakhiri sengketa dagang yang sudah berlangsung selama hampir dua tahun dan mengancam akan merugikan perekonomian dunia karena kedua negara saling mengenakan tarif impor bernilai ratusan miliar dolar.

Namun Presiden Donald Trump, yang akan berusaha mendapatkan masa jabatan kedua akhir tahun ini, mengatakan tahap berikutnya dari perjanjian dagang itu mungkin akan diadakan setelah pemilihan umum AS pada November.

Kementerian Perdagangan China, seperti dikutip oleh kantor berita AFP, mengatakan Liu He, perunding utama China itu akan berada di Washington mulai Senin (13/1/2020) hingga Rabu (15/1/2020).

Trump mengumumkan minggu lalu bahwa kedua negara akan menandatangani perjanjian pada 15 Januari.

“Atas undangan pihak Amerika, Liu He akan memimpin delegasi China ke Washington pada 13-15 Januari untuk menandatangani perjanjian tahap pertama itu," kata Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan.

Para pejabat AS dan China telah mengatakan, perjanjian itu akan mencakup perlindungan hak kekayaan intelektual, perdagangan bahan pangan dan hasil pertanian, layanan keuangan dan pertukaran mata uang. Juga akan disepakati cara-cara menyelesaikan perbedaan pendapat di masa depan.

Trump pertengahan pada Desember membatalkan rencana pengenaan tarif atas barang-barang China senilai AS$160 miliar. Namun masih ada tarif atas barang-barang China senilai AS$250 miliar, termasuk mesin-mesin dan banyak peralatan elektronik.

Wakil perdagangan Amerika Serikat Robert Lighthizer mengatakan, China berjanji akan membeli barang-barang buatan Amerika, hasil pertanian dan layanan jasa bernilai sedikitnya AS$ 200 miliar. [ii/ft]