Terowongan bawah tanah yang rubuh membuat para pekerja tambang Freeport di Timika, Papua Barat, terperangkap.
TIMIKA —
Sebanyak 30 pekerja tambang terperangkap di bawah tanah, Selasa (14/5), setelah terowongan rubuh di tambang milik perusahaan emas dan tembaga raksasa AS di Papua, menurut keterangan polisi.
Kecelakaan itu terjadi Selasa pagi di tambang Grasberg di kabupaten Mimika, menurut juru bicara Kepolisian Daerah Papua Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya. Pencarian sedang dilakukan, namun nasib pekerja tambang yang terperangkap itu masih belum jelas, ujarnya.
Tambang itu milik Freeport-McMoran Copper & Gold Inc yang berbasis di Phoenix, negara bagian Arizona. Sebuah pernyataan tertulis dari PT Freeport Indonesia, anak perusahaan yang mengelola tambang, mengatakan terowongan dalam wilayah pelatihan bawah tanah rubuh. Perusahaan tidak menjelaskan berapa banyak pekerja yang ada di sana, atau apakah ada yang terluka atau tewas.
“Proses penyelamatan berjalan sulit dan perlu waktu untuk menuntaskannya,” ujar pernyataan tersebut.
“Kami berdoa untuk keselamatan pegawai kami dan keluarga mereka seiring berjalannya upaya penyelamatan.”
Freeport Indonesia mengoperasikan tambang Grasberg di Papua Barat, yang juga memiliki cadangan emas terbesar di dunia dan mempekerjakan lebih dari 24.000 pegawai kontrak dan non-kontrak.
Tempat ini telah dinodai kekerasan sejak produksi dimulai pada 1970an. Pada 2011, produksi lumpuh ketika 8.000 penambang anggota serikat pekerja mogok bekerja setelah menuntut pembayaran yang lebih tinggi. Mogok kerja selama empat bulan tersebut berakhir ketika perusahaan sepakat menaikkan gaji 37 persen dan meningkatkan manfaat pegawai lain. (AP/Reuters)
Kecelakaan itu terjadi Selasa pagi di tambang Grasberg di kabupaten Mimika, menurut juru bicara Kepolisian Daerah Papua Kombes Pol I Gede Sumerta Jaya. Pencarian sedang dilakukan, namun nasib pekerja tambang yang terperangkap itu masih belum jelas, ujarnya.
Tambang itu milik Freeport-McMoran Copper & Gold Inc yang berbasis di Phoenix, negara bagian Arizona. Sebuah pernyataan tertulis dari PT Freeport Indonesia, anak perusahaan yang mengelola tambang, mengatakan terowongan dalam wilayah pelatihan bawah tanah rubuh. Perusahaan tidak menjelaskan berapa banyak pekerja yang ada di sana, atau apakah ada yang terluka atau tewas.
“Proses penyelamatan berjalan sulit dan perlu waktu untuk menuntaskannya,” ujar pernyataan tersebut.
“Kami berdoa untuk keselamatan pegawai kami dan keluarga mereka seiring berjalannya upaya penyelamatan.”
Freeport Indonesia mengoperasikan tambang Grasberg di Papua Barat, yang juga memiliki cadangan emas terbesar di dunia dan mempekerjakan lebih dari 24.000 pegawai kontrak dan non-kontrak.
Tempat ini telah dinodai kekerasan sejak produksi dimulai pada 1970an. Pada 2011, produksi lumpuh ketika 8.000 penambang anggota serikat pekerja mogok bekerja setelah menuntut pembayaran yang lebih tinggi. Mogok kerja selama empat bulan tersebut berakhir ketika perusahaan sepakat menaikkan gaji 37 persen dan meningkatkan manfaat pegawai lain. (AP/Reuters)