Pelaut penjaga pantai China mengacungkan pisau, kapak, dan senjata lainnya dalam bentrokan dengan personel angkatan laut Filipina di dekat terumbu karang strategis di Laut Cina Selatan, menurut rekaman baru yang dirilis oleh Manila.
Bentrokan itu terjadi pada hari Senin (17/6) ketika pasukan Filipina berusaha untuk memasok marinir yang ditempatkan di kapal perang terlantar yang sengaja dikandaskan di Beting Second Thomas yang disengketakan pada tahun 1999 untuk menegaskan klaim teritorial Manila.
Insiden ini adalah yang terbaru dari serangkaian konfrontasi yang meningkat antara kapal China dan Filipina dalam beberapa bulan terakhir ketika Beijing meningkatkan upaya untuk memaksakan klaimnya atas wilayah yang disengketakan.
Panglima militer Filipina Jenderal Romeo Brawner mengatakan awak kapal Filipina yang “kalah jumlah” itu tidak bersenjata dan bertempur dengan “tangan kosong”.
Seorang pelaut Filipina kehilangan ibu jarinya dalam bentrokan tersebut, di mana penjaga pantai China menyita atau menghancurkan peralatan Filipina termasuk senjata, menurut militer Filipina.
Rekaman baru yang dirilis oleh militer Filipina pada Rabu (19/6) malam menunjukkan perahu-perahu kecil yang diawaki oleh pelaut China berteriak, mengacungkan pisau dan menggunakan tongkat untuk memukul perahu karet pasukan Filipina sementara sirene berbunyi.
Sebuah suara berbahasa Tagalog terdengar dalam satu klip yang mengatakan seseorang “kehilangan satu jari.”
Rekaman bentrokan itu sangat kontras dengan foto yang dirilis oleh media pemerintah Beijing pada hari Rabu, yang tidak menunjukkan pasukan China memegang senjata.
'Konfrontasi dengan kekerasan'
Ketika ditanya tentang video tersebut pada hari Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan bahwa komentar Manila mengenai bentrokan tersebut adalah “tuduhan palsu yang mengacaukan warna hitam dan putih.”
Dia menyalahkan Filipina atas konfrontasi tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka telah “meningkatkan ketegangan” dan menuduh Filipina menabrak perahu China.
Lin mengatakan kapal-kapal Filipina berusaha “menyelundupkan bahan-bahan bangunan, tetapi juga mencoba menyelundupkan peralatan militer.”
Beijing bersikeras bahwa penjaga pantainya berperilaku “profesional dan terkendali” dan mengklaim “tidak ada tindakan langsung” yang diambil terhadap personel Filipina.
Namun dalam klip yang dibagikan oleh Manila, seorang pelaut China yang berdiri di dek salah satu kapal terlihat jelas sedang melambai-lambaikan kapak.
Video lainnya menunjukkan seorang pelaut penjaga pantai China memukul perahu karet dengan tongkat. Pria kedua juga terlihat menusuk perahu itu dengan pisau.
Militer Filipina mengatakan seorang pelaut yang membawa kapak “mengancam akan melukai” seorang tentara Filipina, sementara yang lain “secara eksplisit mengancam akan melukai” tentara Filipina.
“Personel (penjaga pantai China) kemudian mulai melemparkan batu dan benda lain ke arah personel kami,” kata Manila.
“Mereka juga memotong (perahu tiup) sehingga tidak bisa dioperasikan.”
Para pelaut Filipina, yang mengenakan kamuflase coklat dengan helm dan rompi, tidak membawa senjata di dalam klip.
“Di tengah konfrontasi yang penuh kekerasan ini, CCG (penjaga pantai China) juga mengerahkan gas air mata, memperparah kekacauan dan kebingungan, sambil terus membunyikan sirene untuk semakin mengganggu komunikasi,” tulis keterangan tersebut.
Manila menuduh Beijing melakukan “tindakan perompakan” terhadap pasukannya. Mereka juga menuntut pengembalian barang-barang yang “dijarah” oleh pihak China, termasuk tujuh senjata, dan perbaikan peralatan yang rusak.
Situasi 'berbahaya'
Para analis mengatakan Beijing meningkatkan konfrontasi dengan Filipina dalam upaya mendorong Filipina keluar dari Laut Cina Selatan.
Jay Batongbacal, direktur Institut Urusan Maritim dan Hukum Laut di Manila, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pasukan China siap untuk merebut kapal perang Filipina yang dikandaskam, Sierra Madre.
“Pengerahan pasukan mereka saat ini di sekitar Sierra Madre dan kemudian banyak terumbu karang di sekitar gugusan pulau Kalayaan merupakan indikasi bahwa mereka siap melakukannya,” katanya, merujuk pada wilayah yang diklaim Manila di Kepulauan Spratly.
Amerika Serikat mengatakan bahwa “serangan bersenjata” terhadap kapal-kapal publik, pesawat terbang, angkatan bersenjata, dan penjaga pantai Filipina di mana pun di Laut Cina Selatan akan mengharuskan Filipina untuk ikut membela Manila sebagai sekutu dalam perjanjian pertahanan bersama.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken “menekankan bahwa tindakan (China) itu merusak perdamaian dan stabilitas regional” dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique A. Manalo pada hari Rabu, menurut Departemen Luar Negeri AS.
Blinken mengatakan mereka juga “menggarisbawahi komitmen kuat Amerika Serikat terhadap Filipina berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama.”
Analis lain mengatakan bentrokan itu “membawa kita semakin dekat” ke titik di mana Amerika Serikat harus melakukan intervensi militer.
“Filipina kemungkinan besar perlu melanjutkan misi pasokan ke Sierra Madre, dengan cara apa pun,” kata Duan Dang, seorang analis keamanan maritim yang berbasis di Vietnam.
“Mundur dan menerima persyaratan Beijing mengenai operasi ini berarti melepaskan hak kedaulatan di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina,” katanya. [lt/ab]