Pembicaraan Perdagangan Bebas Gagal Capai Kesepakatan

Direktur WTO Roberto Azevedo hari Selasa (26/11) mengatakan para diplomat dari 159 anggota WTO tidak dapat mencapai kata sepakat dalam perundingan di Jenewa (foto: dok).

Para diplomat dari 159 anggota WTO telah berusaha keras tetapi tidak dapat mencapai kata sepakat di Jenewa, Swiss menjelang KTT WTO pekan depan yang akan diadakan di Bali.
Para perunding akhirnya gagal mencapai perjanjian perdagangan bebas setelah pembicaraan satu dekade lebih yang seharusnya dapat meningkatkan ekonomi dunia hingga 1 triliun dolar.

Direktur Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto Azevedo hari Selasa (26/11) mengatakan para diplomat dari 159 anggota WTO telah berusaha keras tetapi tidak dapat mencapai kata sepakat di Jenewa menjelang KTT pekan depan di Bali, di mana para menteri seharusnya menandatangani perjanjian itu.

Perundingan itu seharusnya akan melonggarkan beberapa peraturan perdagangan global dengan memangkas birokrasi untuk membuka pasar dan membantu membangun negara-negara yang lebih miskin. Mereka juga berfokus pada kuota tarif, insentif pemerintah untuk ekspor serta isu-isu pertanian seperti subsidi untuk penambahan cadangan gandum.

Tetapi sengketa antara ekonomi-ekonomi besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Tiongkok dan India membuat pembahasan macet. KTT Bali dianggap sebagai peluang terakhir untuk menghidupkan kembali apa yang disebut Putaran Doha, pembicaraan yang diperantarai WTO yang dimulai di Qatar pada tahun 2001 dan telah membuat frustrasi pendahulu Azevedo, Pascal Lamy.

Para diplomat mengalami kebuntuan mengenai rincian perjanjian dan masih begitu banyak perbedaan pendapat yang tidak mungkin diatasi dengan perundingan dalam beberapa pekan, ujarnya.

Tidak adanya perjanjian perdagangan global tidak menghalangi masing-masing negara membuat perjanjian di antara mereka sendiri. Uni Eropa, misalnya, mencapai perjanjian perdagangan bebas dengan Korea Selatan dan kemudian Kanada. Uni Eropa juga sedang dalam pembicaraan terpisah dengan Amerika Serikat dan Jepang.

Tetapi Azevedo menyatakan bahwa kegagalan mencapai perjanjian global akan memperburuk situasi negara-negara yang lebih miskin dan merusak kredibilitas WTO. WTO hanya akan dianggap sebagai suatu mahkamah perdagangan dan bukan lagi suatu forum bagi pemerintah negara-negara untuk merundingkan perjanjian perdagangan.