Karman mengatakan ia memberitahu Menlu Inggris, William Haque bahwa masa tunggu 90 hari sekarang ini, antara pengunduran diri Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dan keberangkatannya dari kantor kepresidenan adalah saat yang sangat berbahaya. Karman memberitahu wartawan bahwa ia bersama rekannya sesama aktivis menolak kesepakatan yang dirundingkan Dewan Kerjasama Teluk dan ia memberitahu menteri luar negeri itu bahwa Inggris dan Barat harus menghentikan dukungannya. Ia mengatakan, “Tiga bulan adalah waktu yang sangat lama. Ini berarti, Yaman akan memasuki perang saudara. Dan saya mengingatkan anda, karena anda membungkam, membuat dia jadi berani untuk melakukan itu karena anda diam saja.”
Karman yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian hari Sabtu di Oslo datang ke London untuk bertemu para pejabat dan para anggota komunitas Yaman di pengasingan dan untuk mempromosikan perjuangannya lewat sejumlah acara di depan umum.
Pada konferensi pers Dewan Pemahaman Inggris-Arab , dia mengimbau agar pemerintah Inggris dan Barat membekukan aset Presiden Saleh dan pendukungnya, untuk mengadili Presiden Saleh melalui Mahkamah Kejahatan Internasioanl dan memulai investigasi atas rejim Saleh seperti yang ditetapkan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan Oktober lalu.
Karman mengatakan Menlu Haque memberitahunya, Inggris hendak menunggu dan melihat tindakan Presiden Saleh dalam 90 hari masa transisi. Tetapi Karman memberitahu Menlu Haque, Saleh saat ini tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Dan ia menyerukan agar Inggris “meninjau ulang” sikapnya.
Karman juga mengkritik rencana Dewan Kerjasama Teluk dengan mengatakan dewan itu memberi Saleh imunitas hukum yang tidak selayaknya, mengimbau para demonstran meninggalkan perkemahan mereka di Sana’a dan akan menciptakan pemerintahan transisi yang lumpuh dan pemilu yang tidak demokratis dengan hanya satu calon saja. Kandidat itu adalah Wakil Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang disebut Karman sebagai boneka Presiden Saleh.
Karman mengatakan beberapa demonstrasi akan berlanjut untuk memprotes rencana transisi itu.
Dia adalah perempuan Arab pertama, berusia 32 tahun, orang termuda yang pernah menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Dia menerima hadiah itu bersama Presiden Liberia Ellen Johnson dan aktivis Liberia Leymah Gbowee.