Pemilu Paruh Waktu AS: Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam Ikut Jadi Salah Satu TPS 

Your browser doesn’t support HTML5

Masjid Komunitas Indonesia jadi TPS Pemilihan Paruh Waktu di AS

Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam jadi salah satu TPS dalam pemilu paruh waktu AS hari Selasa 8 November ini.  Warga AS berduyun-duyun datang ke berbagai TPS sejak pagi untuk memberikan suara mereka guna memilih anggota DPR dan Senat, serta beberapa isu strategis yang menjadi keprihatinan bersama. 

Patricia begitu gembira dapat memberikan suaranya hari Selasa 8 November ini dan mengajak lebih banyak warga datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk menyalurkan aspirasi mereka.

Sementara Peter Pieh, yang baru pindah dari Washington DC ke Maryland, sangat senang bisa memberikan suara secara langsung karena menurutnya selama tinggal di DC ia tidak pernah memberikan suara untuk memilih anggota Kongres karena DC bukan negara bagian.

Peter Pieh, yang datang bersama istri dan putranya, untuk pertama kali memberikan suara guna memilih anggota Kongres. Sebelumnya ia tinggal di Washington DC dan tidak pernah memberikan suara karena DC tidak memiliki wakil di Kongres.

Kedua warga Maryland ini bersama dengan jutaan warga Amerika lainnya berbondong-bondong datang ke TPS untuk memilih anggota DPR dan Senat Amerika, serta menentukan beberapa isu strategis yang menjadi keprihatinan bersama.

Masjid Komunitas Indonesia Ikut Jadi TPS

Tempat pemungutan suara umumnya didirikan secara temporer di sekolah dasar, perpustakaan, atau fasilitas umum lain. Namun untuk pertama kalinya di negara bagian Maryland, TPS didirikan di masjid dan pusat kebudayaan Islam, IMAAM Center.

Pemilih menunjukkan kartu identitas untuk mendapatkan surat suara dan memberikan suara di kotak suara di TPS di masjid komunitas Indonesia: IMAAM Center di Silver Spring, Maryland.

Hakim ketua Komisi Pemilihan Umum di TPS itu, Sarah Lanning, mengkonfirmasi hal itu.

Chief Judge TPS di IMAAM Center, Sarah Lanning, senang karena proses pemungutan suara yang pertama kali dilangsungkan di sebuah masjid di Maryland berlangsung lancar.

“Saya kira baru pertama kali kami mendirikan TPS di sebuah masjid karena dari dokumen-dokumen sebelumnya biasanya TPS didirikan di sinagog dan gereja. Untuk wilayah ini biasanya kami menggunakan sekolah dasar, tetapi saat ini sedang direnovasi. Lalu IMAAM mengajukan diri dan kami setuju. Jadi kami bangun TPS di sini.”

Ditanya apakah ia khawatir akan terjadinya gangguan keamanan selama pelaksanaan pemungutan suara, Sarah mengatakan ia lebih khawatir dengan distrik atau negara bagian lain.

“Secara jujur saya tidak khawatir (dengan potensi terjadinya gangguan keamanan.red) karena di wilayah ini orang sudah mendapat informasi sangat baik tentang proses pemilu dan yakin dengan proses ini. Berdasarkan pengalaman saya sebagai hakim pemilu di suatu wilayah, saya tidak khawatir dengan adanya gangguan apapun karena seluruh petugas pemilu begitu berdedikasi tinggi untuk mempromosikan pemilu yang adil dan bebas, dan kita berada di wilayah di mana orang pada umumnya percaya dengan hal itu. Kami sangat beruntung. Saya tidak khawatir dengan potensi terjadinya gangguan di sini, saya lebih khawatir dengan distrik atau negara bagian lain,” ujarnya.

Beberapa anak peserta madrasah di IMAAM Center, Maryland, ikut mendorong berlangsungnya pemilu paruh waktu yang bebas dan adil dengan membuat gambar-gambar karikatur.

Penggunaan tempat ibadah sebagai lokasi pemungutan suara merupakan hal yang umum dilakukan di beberapa negara bagian, terutama di mana banyak komunitas Muslim berada, seperti di Dearborn, Michigan.

Khusus TPS di masjid dan pusat kebudayaan Islam IMAAM Center ini, beberapa sukarelawan IMAAM Center menyediakan kopi, donat, dan berbagai penganan kecil, termasuk makanan khas Indonesia seperti sate ayam, bagi pemilih yang telah memberikan suara.

Relawan di IMAAM Center mempersiapkan makanan khas Indonesia, seperti sate ayam, bagi para pemilih yang sudah berikan suara. Para pemilih gembira dengan tersedianya makanan dan minuman hangat ini karena pemilu berlangsung di tengah udara dingin.

Pemilih: Tak Bersuara, Tak Boleh Protes

Pemilu paruh waktu dilangsungkan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Senat di Kongres, serta beberapa isu strategis yang menjadi keprihatinan warga di negara bagian di mana pemilu dilangsungkan. Meski dari segi kampanye, jumlah pemilih yang memberikan suara dan kemeriahannya tidak sebesar pemilu presiden, tetapi pemilu paruh waktu tetap menarik perhatian.

Salah seorang pemilih yang ditemui di Virginia, Thomas, yang enggan memberikan nama belakangnya, berharap pemilu paruh waktu ini dapat kembali menyatukan warga Amerika yang kini dihadapkan pada situasi yang sangat memecah belah.

Beberapa anak peserta madrasah di IMAAM Center, Maryland, ikut mendorong berlangsungnya pemilu paruh waktu yang bebas dan adil dengan membuat gambar-gambar karikatur. Kumpulan gambar ini dipajang di depan pintu masuk TPS di IMAAM Center, Maryland.

Ditanya mengapa menurutnya penting untuk memilih anggota Kongres, ia menjawab, “Ini sangat penting karena jika tidak (memberikan suara.red) maka kita kehilangan hak untuk menyuarakan aspirasi kita. Hasil pemilu ini akan menentukan siapa yang kita pilih, kemana uang pajak kita digunakan, kebijakan dan program apa yang akan diwujudkan. Jika kita tidak memberikan suara dan kita tidak setuju dengan kebijakan yang diambil, kita tidak berhak mengeluh atau protes.”

Hal senada disampaikan Peter Pieh di Maryland.

“Saya punya bayi laki-laki, saya ingin ia punya masa depan yang lebih baik dari saya. Jadi saya merasa berkewajiban sebagai warga negara untuk memberikan suara. Ikut pemilu dan memberikan suara merupakan piranti paling ampuh yang dimiliki seseorang di dunia. Ini satu-satunya cara untuk memilih dan tidak memilih orang (di Kongres.red), juga aturan hukum dan kebijakan yang berdampak pada masyarakat,” tukasnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Pemilu Paruh Waktu AS: Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam Ikut Jadi Salah Satu TPS

Tempat-tempat pemungutan suara di seluruh Amerika akan dibuka hingga pukul enam malam, sebagian lainnya hingga pukul tujuh malam. Proses penghitungan suara akan segera dilakukan namun hasilnya akan sangat tergantung dengan negara bagian masing-masing. [em/jm]