Reaksi internasional atas larangan-larangan imigrasi sementara yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump umumnya negatif dengan beberapa organisasi besar terang-terangan mengecam larangan tersebut.
Namun beberapa pemimpin negara asing menyampaikan dukungan mereka.
Para diplomat dari beberapa negara Eropa dan Timur Tengah telah menunjukkan dukungan atas rencana Trump untuk menghentikan pemukiman pengungsi Suriah untuk jangka waktu yang tidak ditentukan di Amerika Serikat dan untuk sementara tidak mengizinkan masuk ke Amerika warga negara dari tujuh negara mayoritas Muslim yang dianggap pemerintah federal meningkatkan risiko aksi teroris.
Menteri Polandia, Witold Waszczykowski membela instruksi Trump dalam wawancara hari Minggu (29/1) dengan harian Polsat News, dengan mengatakan Trump “adalah presiden terpilih, ia berhak” melakukan pembatasan masuk ke Amerika.
Waszczykowski, seorang anggota pemerintahan konservatif Polandia menambahkan “tidak ada negara yang punya tugas untuk menerima imigran”.
Menlu Italia Angelino Alfano mengkritik cara Uni Eropa menangani krisis pengungsi dan mengatakan seharusnya tidak ada yang terkejut dengan tindakan Trump "karena ia telah membicarakannya dalam kampanye pemilihan umum" dan menang karena janji-janjinya.
"[Eropa] tidak dalam posisi yang baik untuk memberi opini mengenai pilihan negara lain. Atau apakah kita ingin melupakan bahwa kita pun membangun tembok di Eropa," ujar Alfano dalam wawancara dengan surat kabar Italia Corriere della Sera.
Dalam wawancara dengan VOA, Fatmir Mediu, ketua Partai Republik Albania dan mantan menteri pertahanan, mengatakan ia memahami alasan di balik larangan itu dan bahwa keamanan seharusnya menjadi "kepentingan utama" presiden AS mana pun.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Obran juga menunjukkan dukungannya untuk Trump dan telah diundang oleh Trump untuk berkunjung ke Gedung Putih.
Di Timur Tengah, beberapa pemimpin telah menyuarakan dukungan untuk pembatasan perjalanan itu, termasuk Menteri Luar Negeri Abdullah bin Zayed al-Nahyan dari Uni Emirat Arab, yang menyebutnya "keputusan berdaulat" Amerika dan ia menepis klaim bahwa itu menyasar Muslim.
Dhahi Khalfan, kepala keamanan Dubai, juga menyuarakan dukungan untuk larangan tersebut, mengatakan kepada Trump, "Apa yang Anda lakukan benar."
"Amerika tidak harus menerima orang-orang dari negara berkembang, mereka sudah menerima banyak sebelumnya. Kelompok-kelompok tidak produktif tidak pantas berada di Amerika -- warga Iran atau Irak atau Somalia," tulisnya di Twitter.
Negara-negara Teluk Arab lainnya, yang tidak termasuk dalam larangan imigras, sebagian besar diam saja dalam debat mengenai inpres Trum, meskipun menteri luar negeri Qatar menyatakan sedikit tentangan terhadap larangan tersebut dalam kunjungannya ke Serbia baru-baru ini.
"Jika ini terkait kerangka kerja Muslim, saya kira ini sesuatu yang kita akan tentang," ujar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani. [my/hd]